Mohon tunggu...
Fransiskus Batlayeri
Fransiskus Batlayeri Mohon Tunggu... Lainnya - Batlayeri.jr

Seorang perantau yang lahir dan besar di mabilabol, komplek kecil di Tengah kota Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Konsep Merdeka Belajar bagi Anak Papua di Tengah Situasi Konflik dan Pandemi Covid-19

8 Januari 2022   07:25 Diperbarui: 8 Januari 2022   20:34 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anak-anak pengungsi Nduga saat belajar di camp pengungsian. Sumber: Jubi.co.id

Diharapkan bahwa pendampingan para guru semakin membentuk karakter pendidikan yang berkualitas bagi para siswa bukan saja karena terpaut pada basis sistem kurikulumnya melainkan melalui pendekatan ‘merdeka belajar’ guru dapat mengetahui kemampuan siswa secara bertahap.

Situasi Konflik Di Papua

Papua merupakan ladang subur terciptanya konflik. Sebut saja konflik di Nduga, Intan Jaya, Yahukimo, Maybrat dan Pegunungan Bintang (Kiwirok). Konflik ini terjadi karena peristiwa baku tembak  antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) yang kerap juga disebut sebgai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dengan TNI.  

Konflik bersenjata ini tentunya  turut mempengaruhi sektor pendidikan bagi anak-anak asli Papua khususnya mereka yang berada di daerah-daerah Konflik itu ( Intan Jaya, Nduga, Kiwirok, dan Maybrat). Mereka yang terkena dampak langsung adalah kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak.

Melihat situasi konflik yang terjadi itu, rupanya menambah deretan panjang anak-anak Papua yang tidak bisa mengenyam pendidikan secara baik dan normal sebab mereka harus mengikuti orang tuanya ke hutan atau daerah lain untuk mengungsi (CNN Indonesia.com 03/09/21). 

Pada akhirnya situasi ini menyebabkan akses pendidikan tidak bisa disentuh oleh mereka. Deretan peristiwa ini rupanya memperparah sejumlah persoalan pendidikan di tanah Papua. 

Selain persoalan bangunan sekolah yang rusak dan guru yang jarang masuk juga persoalan konflik bersenjata memperparah kondisi pendidikan di tanah Papua. Wajar saja jika IPM nasional menunjukkan bahwa Provinsi Papua menempati urutan terakhir dengan capaian 60.44% (Bappenas.go.id).

Situasi konflik bersenjata yang memperparah dunia pendidikan dapat dilihat dari  gedung sekolah yang dibakar, dihancurkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. 

Contoh kasusnya adalah peristiwa konflik di Kiwirok (Pegunungan Bintang) kemarin. Sejumlah oknum membakar gedung sekolah bahkan fasilitas kesehatan juga ikut ludes terbakar (repubilka.co.id 19/09/2021). 

Akibat dari situasi konflik yang tidak bisa diredam maka dampaknya adalah banyak sekali anak-anak Papua yang tidak bisa mengenyam pendidikan dengan baik. 

Mereka harus keluar dari daerahnya dan pergi mengungsi. Mereka harus ikut bekerja keras untuk mencari nafkah dari pada mendapat akses pendidikan yang layak. Akhirnya hak atas pendidikan mereka kemudian terabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun