Berita sakitnya dan lumpuhnya Maria segera tersebar di desa. Para tetangga datang memberikan dukungan moral kepada Melkior dan Damar. Budi pun datang, namun hanya berdiri di sudut ruangan dengan ekspresi datar.
Ia tak tahu harus berkata apa. Di satu sisi, ia merasa bersalah karena tak bisa membantu saat Maria jatuh sakit. Di sisi lain, ia tak ingin terlibat lebih dalam dengan masalah keluarga Melkior.
Setelah tidak bisa berjalannya Maria, hidup Melkior semakin berat. Ia harus merawat Damar sendirian sambil tetap bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Radit yang mendengar kabar sengsara itu segera pulang dari kota, namun kehadirannya hanya sementara karena ia harus kembali kuliah. Melkior pun paham dengan anak tuanya itu, karena dia harus kuat dan punya bekal untuk masa depan.
Waktu berlalu, dan Melkior berusaha untuk bangkit kembali. Ia tahu bahwa ia harus kuat demi Maria yang sakit, serta Damar dan Radit. Meskipun rasa sakit dalam menjalani hidup itu masih sangat membebani hatinya, ia tak ingin mengecewakan Maria yang sakit dan berjuang bersamanya selama ini.
Meskipun bukan dokter, Melkior selalu melihat di Google kira-kira apa obat herbal yang bisa menyembuhkan Maria yang lumpuh. Demikianlah Melkior setiap pagi, selain kegiatan rutinitasnya, dia juga harus merawat Maria sebelum berangkat bekerja.
Suatu hari, saat Melkior sedang berjalan pulang dari pasar dengan membawa sayur hasil tanamannya, ia melihat Budi sedang memarkirkan motornya di depan rumah. Budi menoleh dan melihat Melkior yang berjalan kaki dengan beban di punggungnya.
Ada rasa bersalah yang menghantui hati Budi, namun ia tetap diam dan masuk ke dalam rumah tanpa sepatah kata. Budi itu sudah sangat kaya, tetapi dia korupsi di kantornya, karena kalau dengan gajinya, maka tidak cukup untuk barang-0barang sebanyak itu.
Tetapi karena dia sudah berbuat begitu, maka melakukan korupsi itu sudah di anggap biasa. Karena orang lain juga berbuat seperti itu, bahkan parahnya lagi mereka menyertakan Tuhan dalam doa-doa mereka, seolah Tuhan memberikati tindakan mereka itu.
Melkior tersenyum pahit. Ia sadar bahwa dalam hidup ini, tidak semua orang akan peduli atau mengerti perjuangannya. Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak boleh berhenti berusaha. Hidup terus berjalan, dan ia harus terus berjuang demi masa depan anak-anaknya.
Dia menyayangi Maria, dia berusaha merebus daun-daun herbal untuk obat kesembuhan Maria. Meskipun sepertinya tidak ada harapan, dia tetap melakukannya dengan cinta.