Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Viralnya Penggunaan Kata Core di Media Sosial

1 Oktober 2024   04:51 Diperbarui: 1 Oktober 2024   08:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via https://jatim.tribunnews.com/

Penggunaan istilah 'core' di media sosial, khususnya di platform seperti Tik Tok dan X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), telah menjadi tren viral yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Istilah ini muncul dalam berbagai konteks, mulai dari deskripsi gaya hidup, fashion, hingga estetika visual tertentu yang berakar pada budaya internet. Meskipun istilah ini telah berkembang dan beradaptasi dengan konteks baru di dunia digital, penting untuk memahami makna asli kata tersebut dalam bahasa Inggris serta bagaimana perubahan makna ini mencerminkan fenomena sosial dan budaya yang lebih luas.

1. Arti Kata 'Core' dalam Bahasa Inggris

Dalam bahasa Inggris, kata 'core' merujuk pada inti atau bagian paling penting dan mendasar dari sesuatu. Secara etimologis, kata ini berasal dari bahasa Latin "cor," yang berarti hati.

Penggunaan awal kata ini dalam bahasa Inggris sering mengacu pada bagian tengah atau inti dari objek fisik, seperti inti apel (apple core) atau inti bumi (Earth's core). Dari perspektif ini, kata 'core' mencerminkan sesuatu yang sentral, esensial, dan krusial.

Dalam konteks yang lebih abstrak, kata 'core' juga dapat merujuk pada aspek fundamental dari suatu konsep atau ide. Sebagai contoh, dalam frasa seperti "the core of the argument," istilah ini digunakan untuk menggambarkan esensi atau pusat dari argumen tersebut.

Dengan demikian, baik dalam konteks fisik maupun non-fisik, makna kata 'core' secara konsisten berhubungan dengan inti, pusat, atau aspek paling penting dari sesuatu.

2. Perkembangan Penggunaan Istilah 'Core' dalam Budaya Populer

Pada awalnya, istilah 'core' tidak banyak digunakan dalam konteks budaya populer. Namun, di akhir abad ke-20, istilah ini mulai mendapatkan popularitas di dunia musik dan gaya hidup.

Sebagai contoh, istilah 'hardcore' menjadi populer dalam subkultur musik, merujuk pada genre musik yang intens dan agresif, seperti hardcore punk. Di sini, penggunaan 'core' mempertahankan konotasi aslinya yang berarti inti atau bagian sentral, namun dengan nuansa kekuatan atau intensitas yang ditambahkan.

Hardcore punk adalah ekspresi dari esensi punk yang paling mentah dan tidak terkompromikan, yang mencerminkan bagaimana istilah ini digunakan untuk menyoroti elemen inti dari suatu gaya atau budaya.

Selain dalam musik, kata 'core' juga digunakan dalam konteks kebugaran fisik (fitness), di mana 'core muscles' merujuk pada otot-otot inti tubuh yang sangat penting dalam menjaga postur tubuh dan stabilitas.

Dalam konteks ini, 'core' sekali lagi merujuk pada sesuatu yang sentral dan penting, dalam hal ini adalah otot-otot yang mendukung keseluruhan struktur tubuh manusia.

3. Evolusi Makna 'Core' di Era Media Sosial

Dengan munculnya media sosial dan ledakan budaya digital, istilah 'core' mengalami transformasi yang lebih luas dan menjadi bagian dari kosakata yang digunakan untuk menggambarkan berbagai estetika dan subkultur.

Salah satu karakteristik utama penggunaan 'core' dalam konteks ini adalah fleksibilitasnya yang luar biasa. Saat ini, kata 'core' digunakan sebagai akhiran untuk mendeskripsikan hampir semua bentuk gaya atau tren, yang kemudian dimaknai sebagai representasi inti dari suatu subkultur atau estetika tertentu.

Beberapa contoh populer dari penggunaan 'core' di media sosial termasuk:

Cottagecore: Sebuah estetika yang terinspirasi oleh kehidupan pedesaan, sederhana, dan romantis. Tren ini merayakan hubungan dengan alam, kesederhanaan, dan kehidupan yang lambat (slow living), serta sering mencakup gambar-gambar rumah-rumah pedesaan, kerajinan tangan, dan gaya hidup yang dekat dengan alam.

Normcore: Gaya berpakaian yang menekankan kesederhanaan dan penampilan 'normal' sebagai bentuk anti-fashion. Ini adalah reaksi terhadap tren mode yang lebih mencolok, dengan fokus pada pakaian sehari-hari yang fungsional dan tidak menarik perhatian.

Goblincore: Tren ini menekankan estetika yang berfokus pada hal-hal yang biasanya dianggap tidak menarik atau kotor, seperti lumut, batu, dan barang-barang yang ditemukan di hutan. Ini adalah subkultur yang merayakan ketidak-sempurnaan dan ketidak-teraturan alam.

Dalam konteks ini, penggunaan 'core' tidak hanya merujuk pada inti dari suatu gaya atau tren, tetapi juga menggambarkan pemujaan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam subkultur tersebut.

Setiap estetika 'core' berusaha menangkap esensi atau 'jiwa' dari subkultur atau tren tertentu dan memberikan nama yang sesuai untuk itu.

4. Penggunaan 'Core' di Tik Tok dan X (Twitter)

Di platform media sosial seperti Tik Tokdan X, penggunaan istilah 'core' semakin tersebar luas dan mengalami diversifikasi. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui kombinasi antara sifat media sosial yang cepat berubah dengan kemampuan pengguna untuk membentuk dan mengadopsi tren secara instan.

4.1. Di Tik Tok

Di Tik Tok, istilah 'core' sering digunakan untuk menandai berbagai gaya hidup, estetika, atau tren mode yang viral. Video-video yang beredar di platform ini sering kali menyertakan tagar seperti #cottagecore, #darkacademia, atau #fairycore, yang masing-masing mengacu pada jenis estetika atau gaya hidup tertentu.

Yang menarik dari penggunaan 'core' di Tik Tok adalah bagaimana pengguna menggunakan istilah ini untuk mendefinisikan identitas mereka.

Melalui video-video pendek, pengguna Tik Tok menunjukkan bagaimana mereka terhubung dengan estetika tertentu, seperti cottagecore yang menggambarkan hubungan romantis dengan alam, atau dark academia, yang berfokus pada penekanan pada pengetahuan, seni klasik, dan suasana misterius.

Dengan cara ini, istilah 'core' tidak hanya digunakan untuk menggambarkan tren visual, tetapi juga untuk mengidentifikasi dan mengkomunikasikan preferensi pribadi serta nilai-nilai yang mereka anut.

Penggunaan 'core' yang semakin kreatif dan bervariasi di Tik Tok juga mencerminkan kecenderungan platform ini untuk mendorong komunitas dan subkultur yang beragam.

Fenomena ini memperkuat gagasan bahwa istilah 'core' tidak lagi hanya menggambarkan inti dari suatu konsep, tetapi juga merangkul berbagai dimensi dari identitas dan ekspresi diri.

4.2. Di X (Twitter)

Sementara itu, di X (sebelumnya Twitter), istilah 'core' sering digunakan dengan cara yang lebih ironis atau lucu. Pengguna sering kali menambahkan 'core' pada kata-kata atau frasa yang tidak biasa, menciptakan istilah baru yang menggabungkan humor dengan observasi budaya.

Misalnya, istilah seperti 'chaoscore' atau 'broke-core' muncul di X sebagai bentuk sindiran terhadap situasi atau kondisi tertentu, di mana pengguna mencoba mengekspresikan pengalaman hidup mereka dengan cara yang jenaka dan mudah dimengerti oleh pengikut mereka.

Penggunaan 'core' yang lebih ringan dan humoris ini menunjukkan bagaimana budaya internet, khususnya di platform seperti X, dapat dengan cepat mengambil istilah yang pada awalnya digunakan dengan makna serius atau estetis dan mengubahnya menjadi bagian dari leksikon komedi dan satir.

Selain itu, hal ini juga menegaskan bagaimana istilah-istilah baru dapat dengan cepat mengalami perubahan makna sesuai dengan konteks sosial dan budaya yang berkembang di media sosial.

Juga ada menjelaskan momen penting dalam suatu kejadian atau peristiwa. Salah satu penggunaan kata core yang viral adalah Lebaran Core, yang berarti sekumpulan potongan video atau foto-foto sewaktu lebaran.

5. Analisis Sosial dan Budaya dari Fenomena 'Core'

Fenomena 'core' di media sosial dapat dilihat sebagai cerminan dari pergeseran dalam cara orang mendefinisikan identitas dan kepribadian mereka di era digital. Di masa lalu, identitas sering kali dibentuk oleh faktor-faktor seperti latar belakang keluarga, pendidikan, dan pekerjaan.

Namun, di era digital, identitas semakin sering dibentuk oleh preferensi budaya dan estetika yang diadopsi secara bebas oleh individu melalui platform-platform online.

Penggunaan 'core' untuk menandai estetika tertentu memberikan ruang bagi pengguna media sosial untuk mengidentifikasi diri mereka dengan subkultur atau tren yang mereka anggap relevan.

Misalnya, individu yang mengasosiasikan diri mereka dengan cottagecore mungkin merasakan kenyamanan dalam mengekspresikan cinta mereka terhadap kehidupan sederhana dan romantis, sementara mereka yang mengadopsi dark academia mungkin merasakan hubungan dengan nilai-nilai pengetahuan dan seni klasik.

Fenomena ini juga dapat dipahami sebagai bagian dari kecenderungan yang lebih besar di media sosial untuk menciptakan dan merayakan komunitas yang dibangun di sekitar minat dan preferensi estetika yang spesifik.

Dalam banyak kasus, subkultur ini berfungsi sebagai tempat pelarian bagi individu yang merasa terasing atau tidak terhubung dengan norma-norma budaya arus utama.

Namun ada satu kesamaan antara Tik Tok dan X, terkadang core untuk membuat segmentasi sebuah kumpulan, seperti misalnya my core foto untuk menyatakan sekumpulan foto saya atau potongan-potongan video saya.

Di sini kata core mempunyai arti segmentasi atau sekumpulan hal yang sama tentang sesuatu. Karena itu terdiri dari potongan video atau foto tentang sesuatu hal yang sama atau mirip.

6. Implikasi Masa Depan dari Tren 'Core'

Melihat perkembangan tren 'core' di media sosial, ada beberapa implikasi potensial yang dapat diamati dalam waktu dekat. Pertama, semakin banyaknya variasi estetika yang muncul di media sosial menunjukkan bahwa penggunaan istilah 'core' masih jauh dari selesai.

Setiap subkultur atau tren yang muncul tampaknya selalu mampu menemukan cara baru untuk menggunakan istilah ini guna menggambarkan identitas inti mereka. Kedua, tren ini juga menunjukkan bagaimana budaya internet dapat mempengaruhi dunia nyata.

Sebagai contoh, banyak tren fashion dan gaya hidup yang dimulai di media sosial telah mempengaruhi industri fashion secara keseluruhan, dengan merek-merek besar yang mulai mengadopsi elemen-elemen dari estetika 'core' dalam produk mereka.

Dalam hal ini, istilah 'core' menjadi jembatan antara dunia virtual dan fisik, menciptakan ruang di mana tren digital mempengaruhi kehidupan nyata.

7. Pergeseran makna

Penggunaan istilah 'core' di media sosial, khususnya di Tik Tok dan X, mencerminkan perubahan besar dalam cara orang mengekspresikan identitas dan preferensi mereka di era digital.

Meskipun secara etimologis 'core' berarti inti atau pusat, dalam konteks media sosial, kata ini telah diadaptasi untuk merujuk pada estetika, subkultur, atau gaya hidup yang spesifik.

Fleksibilitas istilah ini memungkinkan pengguna untuk secara kreatif mengekspresikan diri mereka, sekaligus memperkuat peran media sosial sebagai platform untuk eksplorasi identitas dan budaya.

Sebagai kesimpulan, tren penggunaan 'core' juga menunjukkan bagaimana budaya digital terus berkembang, menciptakan ruang di mana istilah-istilah baru dapat diadopsi dan diubah sesuai dengan kebutuhan dan konteks sosial yang ada.

Istilah ini mungkin terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan budaya internet, mencerminkan dinamika identitas digital yang semakin kompleks dan beragam.

Seperti dulu misalnya istilah hostes di tanah air. Jika arti sebenarnya di dalam bahasa inggris, hostes berarti ibu rumah tangga yang menjadi tuan rumah dalam sebuah pesta. Tetapi di Indonesia, istilah hostes mendapatkan pergeseran makna, karena hostes berarti PSK.

Atau yang terjadi di kalangan generasi muda Dayak Dohoi Uut Danum, terjadi pergeseran atau pemakaian bahasa Indonesia dalam menyebut sesuatu benda. Seperti misal 'bibik' untuk menyebut 'minak', dan 'paman' untuk 'mamak' serta ratusan kosa kata lainnya,

Memang kedua benda itu artinya sama, tetapi yang satu di dalam bahasa daerah sedangkan yang satunya dalam bahasa Indonesia yang di daerahkan. Akibatnya istilah dalam bahasa daerah pelan dan pasti akan lenyap dan tidak diketahui lagi oleh generasi muda.

Pergeseran makna ini akan terjadi seiring dengan perkembangan zaman dan genereasi, sesuatu yang tidak dapat dihindari.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun