Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Viralnya Penggunaan Kata Core di Media Sosial

1 Oktober 2024   04:51 Diperbarui: 1 Oktober 2024   08:14 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via https://jatim.tribunnews.com/

Misalnya, istilah seperti 'chaoscore' atau 'broke-core' muncul di X sebagai bentuk sindiran terhadap situasi atau kondisi tertentu, di mana pengguna mencoba mengekspresikan pengalaman hidup mereka dengan cara yang jenaka dan mudah dimengerti oleh pengikut mereka.

Penggunaan 'core' yang lebih ringan dan humoris ini menunjukkan bagaimana budaya internet, khususnya di platform seperti X, dapat dengan cepat mengambil istilah yang pada awalnya digunakan dengan makna serius atau estetis dan mengubahnya menjadi bagian dari leksikon komedi dan satir.

Selain itu, hal ini juga menegaskan bagaimana istilah-istilah baru dapat dengan cepat mengalami perubahan makna sesuai dengan konteks sosial dan budaya yang berkembang di media sosial.

Juga ada menjelaskan momen penting dalam suatu kejadian atau peristiwa. Salah satu penggunaan kata core yang viral adalah Lebaran Core, yang berarti sekumpulan potongan video atau foto-foto sewaktu lebaran.

5. Analisis Sosial dan Budaya dari Fenomena 'Core'

Fenomena 'core' di media sosial dapat dilihat sebagai cerminan dari pergeseran dalam cara orang mendefinisikan identitas dan kepribadian mereka di era digital. Di masa lalu, identitas sering kali dibentuk oleh faktor-faktor seperti latar belakang keluarga, pendidikan, dan pekerjaan.

Namun, di era digital, identitas semakin sering dibentuk oleh preferensi budaya dan estetika yang diadopsi secara bebas oleh individu melalui platform-platform online.

Penggunaan 'core' untuk menandai estetika tertentu memberikan ruang bagi pengguna media sosial untuk mengidentifikasi diri mereka dengan subkultur atau tren yang mereka anggap relevan.

Misalnya, individu yang mengasosiasikan diri mereka dengan cottagecore mungkin merasakan kenyamanan dalam mengekspresikan cinta mereka terhadap kehidupan sederhana dan romantis, sementara mereka yang mengadopsi dark academia mungkin merasakan hubungan dengan nilai-nilai pengetahuan dan seni klasik.

Fenomena ini juga dapat dipahami sebagai bagian dari kecenderungan yang lebih besar di media sosial untuk menciptakan dan merayakan komunitas yang dibangun di sekitar minat dan preferensi estetika yang spesifik.

Dalam banyak kasus, subkultur ini berfungsi sebagai tempat pelarian bagi individu yang merasa terasing atau tidak terhubung dengan norma-norma budaya arus utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun