Jika semua orang pintar berbuat salah lalu tak berani di tegur, maka hancurlah dunia ini, kata suaminya. Suaminya tidak mau terlalu mencampuri urusan internal mereka adik-beradik.
Karlina tak punya pilihan, karena hampir setiap hari mamanya mengeluh capek, sakit, lelah dan bosan setiap hari melihat kelakuan putri bungsunya. Sehingga Karlina nekad akan menegur adik bungsunya ini. Meskipun dia sarjana, toh perbuatannya tidak mencerminkan diri sebagai seorang intelektual.
"Aku perlu bicara denganmu." Kata Karlina ketika adiknya segera memasuki kamar tidurnya begitu melihat Karlina datang malam itu.
"Aku capek." Seru Carissa mencoba menghindar. "Aku mau Tidur."
"Aku tidak mau tahu kamu capek atau tidak, pokoknya keluar dan aku ingin bicara denganmu." Tukas Karlina tegas. Perangai buruk adiknya selama ini membuatnya ingin rasanya memelintir tangan adiknya ini.
"Aku bicara tentang hubunganmu dengan Brandon." Kata Karlina lagi begitu Carissa dengan gontai duduk dihadapannya sambil memencet jerawatnya.
"Inilah yang salah, terlalu cepat curiga dengan ..."
"Diaaaammm." Bentak Karlina. Karena dia tahu benar jika adiknya selalu membantah.
"Aku mau menjelaskan jika..."
"Kamu mengerti bahasa Indonesia, tidak hah?" Bentak Karlina lebih keras lagi. "Kalau aku bilang diam, sebaiknya kamu diam. Kalau masih bicara juga, ku tampar mukamu." Ancam Karlina tegas.
Kemarahannya yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubun selama ini, membuatnya berbicara tanpa tedeng aling-aling. Sehingga mau tidak mau Carissa tercekat juga melihat wajah kakaknya seperti induk singa kelaparan.