Mohon tunggu...
melo
melo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Di Mana Kami Belajar?

9 November 2018   00:20 Diperbarui: 9 November 2018   11:00 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak bisa, kau tidak liat dia model begitu?", bisik Martha.

"Kenapa?", tanya Kouk bingunng.

"Dia ini biasa beli abis jual lagi di desa lain langsung di rumah, nanti yang jual sayur di sana tidak laku, kita mungkin bisa kasih di orang lain tapi tidak di dia", jelas Martha.

Kouk hanya terdiam menahan kata-katanya karena pria terus menawarkan sayur padanya. Pria ini pada akhirnya pergi dan mengurungkan niat membeli sayur di lapak Martha karena merasa bahwa ia memang akan menjual lagi sayur yang sudah dibelinya ke desa lain dengan harga yang jauh lebih tinggi dan mematikan harga sayur di desa yang di kunjungi. Bagus benar kemampuan analisis Martha, piker Kouk. 

Kemampuan analisis ini memang sudah diketahui beberapa anak yang berjualan di sini, terkadang tawaran untuk Lombok dan tomat juga sering mereka terima namun karena pengalaman tentang ada pihak yang bisa kendalikan harga maka dengan sendirinya mereka juga tahu. Desa Kouk memang cukup kaya dengan berbagai hasil bumi.

"Martha kau punya sayur berapa?

Tanya ibu Ani kepala sekolah di sekolah Kouk,

"Satu ikat 500 ibu" kata Martha.

Saya beli 5 ribu", kata ibu Ani

Martha memasukan beberapa ikat saur ke kresek lalu memberikannya ke ibu Lia lalu beliau berlalu mencari bahan yang lain. Dan memang begitulah keadaannya, karena memang banyak siswa yang berjualan, para guru telah terbiasa dan membiarkan begitu saja para siswa di pasar karena ini bukan saja karena kegiatan yang harus Kouk dan teman-teman lakukan, ini tanggung jawab mereka untuk membantu orangtua mendapatkan uang.

Sejam, dua jam berlalu jualan di lapak mereka telah tersisia beberapa ikat saja, Kouk dan Martha hanya duduk mengamati teman-teman mereka yang juga sedang sibuk dengan jualan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun