Hampir pukul 07.30 Kouk dan Martha sudah sampai di gerbang sekolah. Ya seperti biasanya, pagi di hari Selasa memang berbeda. Hari selasa pagi adalah hari dimana kebanyakan siswa akan lebih tempo datang kesekolah.Â
Seperti yang Kouk dan Martha lihat di dekat tiang bendera ada Bertus yang sedang seru-serunya berbincang dengan teman laki-laki lain. Mereka memang sedang serius berdiskusi tentang Handphone baru Bertus.Â
Walau belum ada akses listrik di desa kami namun seperti biasa kami bisa mendapatkan jasa charge HP di pasar ketika hari pasar, mungkin itu yang membuat bertus bersemangat hari ini.
Di depan pintu kelas tak kalah bersemangat Nona berbincang dengan beberapa teman wanitanya. "ini hari dia pasti datang dari Kupang, minggu lalu kami sudah baku janji", kata Nona yang samar samar terdengar di telingaku. Apakah Nona sudah punya kekasih? Pikirku mungkin saja karena fisiknya yang tinggi besar seperti anak SMP.
Baru sesaat setelah Kouk meletakan kresek hitam berisi 2 atau 3 buku tulis di meja lonceng tanda dimulainya kegiatan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berbunyi. Beberapa kelompok-kelompok kecil siswa yang dari tadi sedang asyik berbincang mulai berceraian dan menuju kelas masing-masing.
Namun sepertinya perbincangan tadi belum usai, ternyata kelompok kecil itu berubah menjadi kelompok besar. Seperti biasa, jika belum ada guru yang datang maka yang ada di kelas adalah keributan.
 "We Ria keriting merah", terdengar suara teriakan Jeko mengejek Ria.
"Apa kau hitam arang", balas Ria.
Memang seperti itulah keadaan di kelas kami jika tidak ada guru, bahkan terkadang kami tetap saling mengejek walau ada guru di kelas. Beberapa guru bahkan pada akhirnya hanya membiarkan kami saling mengejek karena capai menegur. Siswa di kelas Kouk memang seperti itu ketika mereka dihadapkan dengan pelajaran yang mengharuskan merekai untuk membaca dan mencatat.Â
Bahkan itu sebabnya beberapa teman masih sangat gagap membaca walau sekarang kami sudah duduk di bangku Kelas V. Malah terkadang perkelahian muncul saat kami sedang belajar membaca.Â
Satu buku cetak yang dipakai untuk belajar oleh 5 sampai 6 siswa justru menjadi sumber keributan. Beberapa siswa malah memilih tidak focus ke buku saja daripada nanti bisa ikut berkelahi karena saling Tarik menarik untuk melihat gambar di buku. Sepertinya kami memang bermasalah dengan buku yang sedikit.