Mohon tunggu...
Melania Fidela Ghaida
Melania Fidela Ghaida Mohon Tunggu... Lainnya - Legal Counsel

A long-live learner

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengkhianatan Intelektual dalam Konflik Berdarah Israel-Palestina: Pertarungan "David dan Goliath" Baru?

22 November 2023   09:47 Diperbarui: 22 November 2023   09:47 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai seorang pemerhati, saya melihat bahwa perang ini bukan hanya perang senjata atau perang fisik diantara kedua negara. Namun ini juga adalah perang narasi diantara media media besar dunia, perang intelektual di antara orang-orang terpelajar dunia, dan perang batin antara masyarakat di berbagai belahan dunia yang menemukan dirinya harus memilih apakah akan tinggal diam melihat sesamanya diperlakukan tidak adil ataukah mengangkat suaranya dan menekan pemerintah penindas untuk segera menghentikan siklus kekerasan ini. Saya tidak bisa berharap banyak kepada para pejuang di Palestina, termasuk freedom fighter Hamas dan kelompok lainnya. Semua orang tahu bahwa mereka adalah pihak yang lemah dengan sumberdaya yang terbatas. Saya tahu benar bahwa perjuangan mereka melawan penindasan Israel yang dibantu oleh sekutu Baratnya adalah layaknya pertarungan antara David vs Goliath; jika mereka kalah maka semua orang tidak akan terkejut, jika mereka menang maka ini adalah keajaiban. 

Bagaimana saya harus menaruh harap kepada bangsa yang dipreteli kekuatannya, yang bahkan tidak punya kuasa untuk bergerak dan melawan, yang bahkan tidak memiliki angkatan bersenjatanya sendiri sehingga jika terjadi ketidakadilan mereka tidak dapat mengadu? Tapi saya menaruh harap pada dunia sisanya. Pada kekuatan pendudukan agar mereka dapat mengubah kebijakan yang penuh bencana itu menjadi kebijakan yang setidaknya memberikan win-win solution kepada kedua belah pihak, saya menaruh harap pada negara-negara Barat utamanya AS, Inggris, dan Jerman agar mau berbesar hati melihat fakta yang ada dan memberi tekanan kepada penguasa pendudukan agar mereka dapat menghentikan hal ini, kepada warga dunia yang jika penderitaan ini terus disuarakan dan diperjuangkan maka akan memberikan tekanan tersendiri terhadap pihak penindas untuk berhenti menindas, kepada para akademisi agar dapat berkata jujur, berani, dan objektif, dan yang terakhir (yang paling mungkin dapat membalikan keadaan), meskipun sulit dan tak dapat diharapkan namun masih menjadi yang paling memiliki kapasitas untuk mengintervensi dan menghentikan konflik, PBB. Dengan segala keterbatasannya, saya harap majelis umum PBB dan juga dewan keamanan PBB dapat memberikan hal yang para korban butuhkan; keadilan dan kedamaian.

Memahami konflik ini sesungguhnya tidak serumit yang banyak orang kira. Untuk memahami secara detail sejarah yang bergulir sejak ratusan tahun lalu mungkin akan menyulitkan, untuk memberikan pembuktian dan penyelidikan atas adanya praktik apartheid, genosida, dan kejahatan perang adalah tugas orang lain. Namun untuk memberikan dukungan dan simpati terhadap konflik yang bergulir ini adalah tugas kita semua sebagai manusia. 

Pertanyaan mengenai kepada siapa dukungan itu harus digulirkaan maka tanyalah hati nurani kita sendiri. Kenapa kita banyak bersimpati atas korban perang Ukraina namun tidak kepada korban Palestina? Pada akhirnya kita hanya membutuhkan sense of humanity untuk menentukan keberpihakan. Tatkala kita melihat ada ratusan bahkan jutaan orang yang sejak 1967 dikekang dan ditindas, dibuatkan tembok-tembok besar yang melawan segala hukum yang ada agar orang-orang di dalamnya tidak bisa bergerak secara bebas dan membatasi akses terhadap perekonomiannya, anak-anak kecil menjadi target "collective punishment" yang jelas dilarang di dalam hukum perang, ribuan orang kehilangan rumah dan tanahnya, diganggu hak beribadahnya, mereka menemukan dirinya semakin hari semakin dirampas hak hidupnya. 

Penjajahan dan penindasan inilah yang pada akhirnya mendapatkan perlawanan meskipun dengan sumbderdaya yang sangat terbatas dan tanpa adanya angkatan bersenjata yang membantu mereka. Tanpa adanya aparat keamanan, mereka menemukan keluarga dan teman-teman mereka dibunuh dan ditangkap secara sewenang-wenang setiap tahun. Hal-hal di atas sudah cukup untuk menjadi dasar penilaian keberpihakan sehingga kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri alih-alih bertanya kepada para ahli yang datang dengan tangan kosong tanpa jawaban. Karena kita hanya membutuhkan hati nurani kita sebagai manusia untuk sekedar beropini dan bersimpati. Kita hanya perlu menjadi manusia untuk memandang konflik ini dari sisi yang objektif. 

Mari kita merawat kewarasan ini dengan terus menyuarakan kebenaran dan mengubur dalam-dalam mereka yang bersikap munafik dengan tidak memilih sisi. Keberpihakan sangat penting dalam memberangus para penjahat kemanusiaan ini karena sebagaimana Desmond Tutu katakan, "If you are neutral in situations of injustice, you have chosen the side of the oppressor." Menjadi netral tidaklah berguna di dalam konflik ini karena menjadi netral artinya sama saja dengan mendukung para penindas. Ingat pula apa yang dikatakan oleh Elie Wiesel: "Silence encourages the tormentor, never the tormented". Karena diamnya para akademisi dan publik figur itu menyuburkan semangat penyiksa untuk semakin menyiksa lagi.

Pada akhirnya, saya dapat menyimpulkan bahwa konflik ini bukanlah pertarungan antara David & Goliath baru. Ini adalah konflik lama yang terus kembali terjadi dalam bentuknya yang lain karena dunia tidak juga mengentaskan akar permasalahan yang ada. Dengan bantuan pemerintah AS dan sekutunya, Israel terus merasa di atas angin tanpa ada yang mengawasi. Dengan bantuan pemerintah AS dan sekutunya segala kesepakatan yang hendak dibuat oleh Dewan Kemanan PBB menjadi gagal. Bila politik kotor ini tidak segera diselesaikan maka tidak akan ada jalan keluar. Ketidakberdayaan "orang lain" akan terus membuat rakyat Palestina menderita. Saya akan menutup opini ini dengan penggalan puisi karya Adonis yang terkenal berjudul A Grave for New York:

"NEW YORK

A civilization with four legs; each direction is murder

and a path to murder,

and in the distance

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun