Tapi setelah saya baca di beberapa media massa dan online ternyata berita tersebut benar adanya. Miris deh rasanya :(. Dan saya pun jadi penasaran cari tahu alasan Kemenhub kala itu menghapus subsidi. Barangkali dengan begitu saya jadi sedikit lebih paham.
Wakil Menteri Perhubungan yang lalu, Bambang Susantono, mengatakan, subsidi kereta api jarak jauh selama ini tidak tepat sasaran. Sebelum ada rencana menghapus subsidi kereta api jarak jauh, pihaknya sudah melakukan survei terlebih dulu yang dilakukan di stasiun-stasiun besar seperti Pasar Senen dan Gambir.
Hasil survei, kata beliau, jumlah penumpang kereta jarak jauh tidak bisa memenuhi jumlah gerbong yang disediakan. Dari 8 gerbong yang disediakan, hanya 6 gerbong yang terisi.
Namun Wamenhub juga menyatakan bahwa Ia optimis kebijakan menaikkan harga tiket kereta ekonomi tidak akan berpengaruh dan kereta api akan tetap menjadi pilihan transportasi masyarakat. (Baca: DPR Tolak Usulan Penghapusan Subsidi KA)
Wamenhub, juga memberikan penjelasan lain. Menurutnya subsidi tarif kereta eko akan dialihkan untuk KRL dan commuter. Pemerintah mendukung penyesuaian yang akan dilakukan KAI untuk harga tiket kereta eko jarak menengah jauh.
"Kalau daya beli masyarakatnya sudah bagus, ya kami tidak subsidi lagi, kami akan masuk ke commuter," kata Bambang. (Baca: Alasan Pemerintah Dukung Pencabutan Subsidi KA Ekonomi).
Nah pernyataan di atas, justru menimbulkan beberapa pertanyaan bagi saya yang awam:
1. “Kemenhub melakukan survey kereta api ekonomi di Pasar Senen dan Gambir”.
Kita semua penumpang kereta tahu kalau sudah sejak lama kereta ekonomi tak mampir di Stasiun Gambir. Bahkan sejak tahun 2012, stasiun tersebut hanya untuk KA Eksekutif. Sepertinya Kemenhub bikin suvei yang ga tepat sasaran ya Pak?
2. “Jumlah penumpang kereta jarak jauh tidak bisa memenuhi jumlah gerbong yang disediakan”.
Tentu saja jika yang disurvei kereta eksekutif yang mampir di Gambir, memang jarang penuh. Kenapa? Karena harga tiketnya beda tipis dengan harga pesawat. Kebanyakan target sasaran kereta eksekutif lebih memilih naik pesawat. Kecuali di hari raya & libur panjang, tatkala tiket kereta bisnis sudah habis dan harga tiket pesawat yang tersisa lebih mahal dari harga tiket kereta eksekutif.