Mohon tunggu...
Meisya Ayu Novianti
Meisya Ayu Novianti Mohon Tunggu... Penulis - 12 MIPA 8

hi!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenang Sejarah

9 November 2021   20:57 Diperbarui: 9 November 2021   20:57 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Sudah! Jangan banyak bicara, jangan ikut-ikut. Kamu tahu dalam revolusi menurut Thomas Carlyle, seorang Bapak dapat memakan anaknya sendiri," kata Soekarno.

"Waduh, kalau begitu bapak ini sudah jadi PKI," timpal Gandhi.

"Diam kamu! Tak tempeleng pisan kau. Sudah sudah pulang sana. Yang ngati-ati," pesan Soekarno yang berusaha menahan amarah.

Sugandhi tidak sakit hati dengan omongan Sukarno yang sangat kasar. Itu hal biasa baginya. Setelah siang yang panas bersama Soekarno, Gandhi pun berusaha melaporkannya kepada Ahmad soal pertemuan nya hari ini bersama Soekarno. Ia berusaha secepatnya, namun Ahmad sulit untuk ditemui. Lalu Gandhi pun berusaha menelpon, tetapi Ahmad tidak menerimanya karena ia sedang menerima kedatangan Mayor Jendral Basoeki Rachmat.

Akhirnya Ahmad dapat dihubungi dan Ahmad hanya bisa bicara lewat telepon. "Halo pak. Siang tadi saya bertemu dengan presiden Soekarno. Katanya akan terjadi aksi penculikan Dewan Jendral," ucap Gandhi lewat sambungan telepon itu. Namun Ahmad tidak yakin akan penculikan atas dirinya. "Hm. Tidak mungkin tapi kita harus tetap berhati -- hati." Setelah sambungan telepon itu terputus Gandhi Gandhi berpikir jika rasa percaya diri Ahmad masih cukup kuat sepanjang hubungannya dengan Soekarno baik -- baik saja. Ahmad merasa omongan Sudisman dan Aidit yang katanya akan menindak jenderal adalah pancingan belaka. Bahkan, Ahmad sendiri pernah mendapat informasi dari Mayor Jenderal Suwondo Parman, asisten intel Menpangad, tentang adanya gerakan pada 19-20 September 1965 yang dimonitori PKI. Tapi gerakan itu tidak terjadi. Maka dari itu, laporan Gandhi tentu dimentalkan Ahmad. Meski begitu, Ahmad berpesan, "Kita harus tetap berhati-hati." Jelang malam 30 September 1965, Ahmad pun tidak berusaha menambah jumlah pasukan pengawal untuk dirinya sendiri. Karena memang dia tidak terlalu percaya akan hal itu

Dan sembelit politik itulah terjadi pada dini hari 1 Oktober 1965. Anak bungsu nya yang akrab disapa Edi pada saat itu sudah bangun. Ditemani asisten rumah tangganya Edi keluar dan saat tiba di pekarangan rumah, mereka melihat sudah banyak pasukan cakrabirawa yang berkeliaran di sekitar rumah Ahmad. Salah satu anggota pasukan itu menanyakan soal keberadaan Ahmad. Ketika mendapat jawaban bahwa Ahmad ada di rumah dan masih tidur. Anak bungsunya itu diminta agar membangunkan Ahmad dengan alasan di panggil Soekarno.

"Dimana keberadaan pa Ahmad?"

"Papi ada didalam masih tidur" sahut Edi

"Tolong bangunkan pa Ahmad diminta menghadap presiden sekarang juga"

Edi yang mendengar perintah tersebut langsung lari ke kamar papi nya untuk membangunkan nya "Pi, bangun di depan banyak pasukan cakrabirawa menunggu papi." Saat Ahmad membuka pintu kamar dengan menggunakan piyama biru. Pasukan cakrabirawa langsung mencukur paksa Ahmad dengan dalih atas perintah Soekarno. "Bapa diminta menghadap Presiden sekarang juga karena keadaan sedang genting"

"Baik. Tetapi saya mandi terlebih dahulu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun