"Mau ke Matahari. Â Sabun dan shampoku sudah habis," jawabmu ringan. Â "Tapi sebelum itu mau ke Gramedia dulu. Â Hehe....liat-liat aja, belum gajian. Â Meski nggak beli, tapi sudah senang liat buku," lanjutmu lagi. Â Hal yang aku tahu kemudian bahwa kamu suka sekali membaca.
"Ehm..."  Aku masih tetap menatapmu.  Oh, mengapa?! Aku ingin sekali mengajakmu jalan-jalan di sore itu tapi, tiada kata yang bisa aku ucapkan.
Kamu memperhatikanku, mungkin cukup geli melihat sikapku.
"Ehm...kalau kamu juga mau belanja, kita bisa pergi bareng." Â Kamu tersenyum kecil saat mengucapkannya.
Hanya Tuhan yang tahu apa yang aku rasakan. Â Hatiku bersorak!
"Aku nggak perlu belanja tapi kalau untuk nemenin kamu boleh nggak?"
"Hahaha....kamu lucu." Â Kamu tertawa berderai. Â Aku suka itu. Â Sejak saat itu, aku menghabiskan dua minggu tersisa di kotamu dengan tidak sekedar lewat curi-curi pandang. Â Aku mengajakmu makan siang dan menunggu saat kamu pulang kerja.
*
Paris, kota cinta.
Aku tiba kemarin di kota ini dengan beberapa kawan dari Eindhoven. Â Menghabiskan waktu luang sebelum balik ke Indonesia. Â Kota ini selain menjanjikan banyak spot bagi kameraku juga tidak jauh dari negara tempat kamu tinggal. Â Aku ingin menantimu di sini.
Tak terasa 237 anak tangga sudah kutapaki, membawa diriku sampai ke puncak bukit Montmartre, meninggalkam jalan kecil yang diapit oleh toko-toko kecil yang menjual berbagai pernak-pernik suvenir juga kedai yang menjual minuman hangat.Â