Beberapa saat kita lewati dengan saling tatap, senyum malu-malu, dan salah tingkah.Â
Biasanya aku hanya bisa melihatmu saat kamu lagi sedang berkerja. Â Ini adalah kesempatan bagiku.
"Ehm...Sudah nelponnya?" Aku memberanikan diri untuk membuka percakapan.
"Oh, eh...belum." Â Kamu tersenyum menggeleng. "Bapakku masih harus dipanggil. Â Aku menelpon ke tetangga, nggak ada telpon di rumahku dalam lima menit aku nelpon lagi, biar nggak mahal," lanjutmu kemudian.
Hanya ada senyum di antara kita tanpa ada kata-kata, tapi aku menunggumu sampai kamu selesai menelpon kemudian menyertaimu sampai keluar wartel.Â
Kita berdua berdiri disana, kikuk, menatap kendaraan yang berseliweran di jalan raya dan menikmati hingar-bingar musik yang berasal dari mikrolet. Â Aku ingin sekali mengajakmu berjalan-jalan menghabiskan sisa hari itu, tapi entah kenapa keberanianku menguap entah kemana yang aku bisa lakukan hanyalah tetap terus memandangmu.
"Ehm..Semoga tidak ada yang salah denganku." Â Kamu berucap memecah kekikukan.
"Oh, ehm... nggak-nggak. Â Haha..." Aku tertawa mendengar pertanyaanmu. Â "Nggak kerja hari ini?"
"Nggak, jadi waktu kupakai buat nelpon bapak dan ini juga baru selesai bikin fotokopi tugas-tugas kuliah," jelasmu sambil mengangkat sedikit tas yang kau jinjing.
"Kamu, nggak kerja?"
"Nggak, proyekku sudah selesai. Â Sekarang lagi menunggu penugasan baru. Â Dari sini kamu mau kemana?"