Pada kesempatan yang sama dipacu motornya kembali ke arah tempo hari. Yang lalu. Mencoba berlaku sadar. Sungguh bukan kegilaan belaka, melainkan hanya untuk bertanya mencari jawab kepada Bapak yang ditemui di Hik tempo hari yang lalu.
Tapi tiba-tiba "Tut...tut...tut" HP berdering. Febri dengan terpaksa menepi. Menahan laju motornya dengan hentakan rem tangan perlahan dan smoth. Berhenti dan mengangkatnya " Yaa Pak...siap Pak. Harus sekarang. Siap".
Karena harus sekarang "Asem sial-sial" Gumannya. Dilanjutkan febri, untuk sementara di pending dulu untuk ketemu Bapak yang dimaksud dalam angan. Besuk lepas dari Karanganyar Solo akan datang kembali menemui. Karena harus ke Karanganyar Solo, big Boss sedang ada di Karanganyar Solo dan ingin ketemu di Cabang Solo.
(Berbicara tentang ilmu cahaya, mengisi jiwa. Tentang bagaimana mempelajarinya dan menguasainya. Bagaimana melihat cahaya dari bilik gelap tanpa cahaya itu sendiri. Dalam cahaya ada kebenaran, sebagaimana kebenarana selalu dibawakan dengan tenang dan hanya dalam prasangka yang baik.) Kalimat yang ternyiang di telinga Febri sekali lagi melalui Bapak di Hik.
Bapak itu bilang "Lihatlah cahaya. Lihatlah cahaya dalam gelap biar kelihatan terang benderang". Simpel tapi sarat makna."Juga bikin jarak, jangan terlalu dekat biar dirimu paham melihatnya dengan jelas. Terlalu dekat kau akan silau sendiri!"
***
Malam ini juga Febri terbang rendah di atas aspal, naik bus. Melintas jalanan berpacu dengan waktu tersisa. Tidak seperti biasa, dia menolak pesawat. Entahlah, hari ini Febri ingin bebas mengatur waktunya sendiri. Entahlah, memang akan memakan waktu tapi sepertinya itu yang dapat menghampirinya. Rasa berbeda mungkin yang Febri maksud untuk mengartikannya. Entahlah...
Terlihat malam semakin meninggikan waktu. Meredupkan terang. Makin malam, makin bertanya dalam perbedaan.
Dan biarlah selamanya, tidur membawa bermimpi. Biarlah raga menjaga. Dan keabadian akan membawa kepada fajar, walaupun sesungguhnya fajar sendiri buka rupa-rupa keabadian.
***
Solo, lebih tepatnya di Kota Karanganyar... kenapa tidak Jogja sekalian. Tanggung. Hanya singkat-singkat aja bertemu dengan Big Boss. Tidak ada yang urgent dengannya, hanya ingin dan minta ditemani bakar-bakar sate Kelinci dan Ngopi di Bukit Sekipan Tawangmangu. Dingin dan sejuk. Selebihnya tidak ada yang urgent dengan pekerjaan Febri.