"Sekar. Bunda sehat? Mau ke Bunda dong," pintaku
"Sehat. Â Ada di kamar lagi tiduran," jawabnya sambil pergi menuju kamar Bunda, namun ternyata, dia tidak menemukan keberadaan bunda di kamar.
"Loh, Teh. Bunda ke mana ya?" tanyanya dari balik sambungan.
"Coba cari ke dapur dan kamar mandi!" balasku. Aku pun ikut panik. Setelah dicari, Sekar tidak menemukan keberadaan Bunda, baik di dapur, kamar mandi, belakang rumah maupun halaman. Aku yang jauh dari rumah tentu saja tidak kalah panik, cemas dan khawatir ke mana Bunda pergi. Sekar dan anak-anaknya sudah dilanda kepanikan luar biasa, karena tidak satu pun tetangga tahu ke mana bunda.
"Ya Allah Astagfirullah ..." Hatiku terus berzikir memohon perlindungan dan keselamatan untuk Bunda. Rasanya ingin terbang saja segera, atau berteleportasi ikut mencari bunda.
Dalam kepanikan, tiba-tiba suamiku menelepon. Aku yang sedang kalut langsung mengangkat telefon ingin segera mengadu.
 "Dik.  Tadi Abang telepon Bunda, kelihatannya bahagiaaa banget ditelepon Abang!" serunya dengan semringah. "Abang ngobrol sama Akang Nasih juga," lanjutnya lagi.
Aku yang sedang panik terbit harapan, mendengar Bunda disebut.
Rupanya suamiku yang sedang bekerja, entah iseng atau sengaja menelefon Bunda.
Segera aku bertanya lebih jelas, dengan kepanikan yang sedikit berkurang.
 "Abang telepon Bunda? Barusan? Ngobrol sama Akang juga? Bunda ada di mana sekarang?"  Kubrondong suamiku dengan pertanyaan.