Santri bernama Hasan terus memanjatkan doa dengan khusu’.“Kayaknya nama kamu, San akan dipanggil nih,” ucap Zahid.
“Ngawur kamu, Hid. Yang Namanya hasan di pondok bukan aku doang banyak juga banyak hasan pinter-pinter,”.
“Hasan… Hadi dari Majalengka”.
“Itu namamu San. Namamu disebut, kamu naik panggung,” ucap Zahid mengoyangkan badanku. Aku tak percaya dengan kenyataan yang ada.
Aku masih diam ditempat. Ustadz Mahmud belum melajutkan pembacaan nama santri berprestasi.
Aku menandang sekelilingku tak ada satu pun santri yang berdiri. Berarti nama yang baru saja disebutkan itu namaku.
Aku berdiri suara sorak dari santri didekatku begitu riuh dan Zahid meneriakiku dengan kencang.
Aku berdiri disamping Muhammad Ramadhan.
“baik. Yang terakhir santri yang mendapatkan nilai terbaik dan sempurna jatuh kepada… Nur… Zahid!!!”.
aku tersenyum. Suara Kembali riuh di tempat duduk Zahid laki-laki itu berdiri. Usahanya selamanya dikabulkan allah.
Zahid berdiri disampingku.