acara ditunggu pun hadir. Suara hadrah yang tadinya menguasai lapangan pun diam semuanya khusu’ menyaksikan laki-laki baru saja naik diatas panggung utama, Ustadz Mahmud, tangan kanan abuya.
“Baik. Di ujung acara sangat di tunggu-tunggu. Saya akan membacakan santri yang berprestasi dengan mendapatkan nilai sempurna pada tahun ini akan jatuh kepada…..”.
Semua santri mendongkakan kepalanya memandang ke arah panggung utama Sebagian yang lain menundukan kepalanya berdoa semoga Ustdaz Mahmud salah menyebut nama terarah ke Namanya.
“Kamu berharap gak kalau kamu gak dapat faiz amm tahun ini, Hid” tanyaku.
“Entalah gak terlalu berharap. Karena yang lebih pintar dan lebih paham ilmu itu banyak tentunya mereka lebih baik mendapatkan faiz amm ketimbang aku yang gak ada apanya degan mereka,” ungkap Zahid.
Aku tersenyum.
“Tugas kita hanya belajar, kalau faiz amm itu hadiah, kata Ustadz Mundzir” lanjutnya.
Ustadz Mahmud turun dari panggung menuju arah Abuya duduk. Abuya membisikkan sesuatu padanya dan menyerahkan kertas pada Ustadz Mahmud. Beliau Kembali ke panggung.
“Baiklah dan kabar baiknya pada malam ini santri yang akan mendapatkan faiz amm tidak satu orang saja, melainkan tiga santri. Ini perintah dari abuya” beliau diam. Suasana kembali menjadi sunyi. Para santri bertanya-tanya didalam hatinya dan Kembali memanjatkan doa lebih dalam dan khusu’.
“santri yang mendapatkan nilai sempurna adalah …… Muhammad.... Ramadhan”.
Suara dari sorakan santri terdengar di sebelah kanan kemudian seseorang berdiri langsung menuju arah panggung utama “Baik santri selanjutnya yang akan mendapatkan nilai sempurna adalah….Hasan..”Ustadz Mahmud mengantung ucapanya.