Aku Kembali memandang Zahid dari bawah sampai peci dikenakannya “Rapi amat mau kemana emangnya?” tanyaku.
“Idhofi ikut gak?”.
Aku menyenggir “Kamu aja”.
“Kamu mah gitu kalau diajak kebaikan pasti nolak. Tapi, majlasan gak perlu diajak cepat kamu,” ucap Zahid.
Aku tertawa.
“Ya udah, San. Aku berangkat dulu ya”.
Aku mengangguk “Jangan lupa oleh-olehnya,” teriakku.
*****
Pagi hari setelah bubar halagoh subuh tempat yang paling indah dan favoritku menikmati sunrice dari ufuk timur adalah lantai tiga masjid.
Aku melirik Zahid berdiri tak jauh dariku. Laki-laki itu tetap seperti kemarin, sibuk dengan kitabnya bahkan saat menikmati matahari terbit pun ia sempatkan dengan membuka kitab dengan meletakan di pagar Masjid.