Mohon tunggu...
Muhammad Dahlan
Muhammad Dahlan Mohon Tunggu... Petani -

I am just another guy with an average story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi, Buruh dan Anjingnya

25 Februari 2017   21:02 Diperbarui: 26 Februari 2017   18:00 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya lupa. Berikan Tom sebungkus sosis dan secangkir kopi buatku.”

Sam berpikir untuk menunjukan puisinya kepada wanita separuh baya yang masih gemar bersolek menor pemilik warung itu, tapi dia khawatir perlakuannya tidak akan berbeda seperti teman kerja, istri, dan putrinya. Maka Sam duduk di sebuah kursi kayu dan memutuskan membaca puisinya untuk dirinya sendiri, dia tidak lagi mengharapkan apresiasi dari orang lain terhadap karyanya.

Sam membuka plastik pembungkus sosis dan memberikan kepada Tom yang telah menunggu bersimpuh di lantai. Tom segera menyantap sosis dengan lahap. Sam menyeruput kopi dan mulai membaca puisinya dalam penghayatan penuh hikmat.

Tiba-tiba Sam merasa elusan di kakinya, itu Tom yang menyentuh dengan cakarnya. Melihat penuh harap kepada Sam, sinar matanya menyilaukan, menggonggong, seperti mencoba mengatakan sesuatu.

“Ingin mendengar puisiku...?” harap Sam kepada Tom  sambil membelai telinga anjing peliharaanya itu.

Tom bangkit, kepalanya mengangguk, meletakkan kaki depannya di lutut Sam dan mengibaskan ekornya.

Sam mengulangi dari awal membaca puisinya dengan suara lebih keras. Tom setia mendengarkan suara tuannya dengan penuh perhatian, matanya terpaku pada wajah Sam, dan ekornya bergoyang-goyang. Setelah Sam selesai membaca puisi, dia menatap Tom, anjing itu memperlihatkan ekspresi kekaguman, mengibaskan ekornya, berusaha mengulurkan cakarnya sebagai isyarat meminta berjabat tangan.

Sam kewalahan dengan rasa gembira melihat penghargaan Tom pada puisinya dan memerintahkan Sumi membawakan sekantong sosis lagi. Tom melonjak gembira atas kemurahan hati tuannya dan seakan berkata, “Lagi.”

“Kamu ingin mendengar sekali lagi?” tanya Sam.

Tom bangkit, meletakan cakarnya di kaki Sam dan kepalanya mengelus lutut Sam. Mendongak penuh cinta pada tuannya, terus mengibas-ngibaskan ekor, mendengarkan penuh perhatian pada suara sang tuan, menunggu dia selesai membaca, dan bersiap-siap menerima sebungkus sosis baru.

Begitu terus berulang-ulang puisi itu dibaca oleh Sam dan sebungkus sosis setelahnya bagi Tom, sampai kemudian sang tuan dan anjing pulang ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun