Mohon tunggu...
Muhammad Dahlan
Muhammad Dahlan Mohon Tunggu... Petani -

I am just another guy with an average story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi, Buruh dan Anjingnya

25 Februari 2017   21:02 Diperbarui: 26 Februari 2017   18:00 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, putrinya memang mengambil surat kabar dari tasnya, tetapi dia bahkan tidak membukanya, melainkan meremasnya dan menggunakannya untuk menyeka jok motor dan melemparkanya ke tanah. Kemudian dia duduk di jok motor itu dan mereka pergi.

Sam mengalami rasa sakit jauh lebih buruk daripada jika pisau menembus jantungnya.

Tom bergegas keluar, mengambil surat kabar dengan mulutnya, membawanya kepada Sam. Menjatuhkan di kaki Sam, seperti berharap tuannya memungut surat kabar itu.

Tiba-tiba Sam menyadari dia telah lupa memperlakukan Tom dengan semestinya, belum memberinya makan.

“Ayo,” kata Sam kepada Tom.

Sam mengambil surat kabar dan mereka berdua, tuan dan anjingnya, berjalan menuju warung Sumi di gerbang gang.

Sam menemukan Tom pertama kali secara tidak sengaja saat anak anjing itu melolong ketakutan di tepi jalan raya. Dia jatuh iba pada anjing kecil itu dan memutuskan membawanya ke rumah untuk dipelihara.

“Sekarang kamu mendapatkan kesenangan baru yang akan selalu merongrong minta makan, seekor anjing kampung!” kata istrinya sinis sesaat setelah Sam menceritakan tentang anjing mungil yang baru saja ditinggal pergi induknya yang mati ditabrak truk di jalan raya.

Sejak saat itu Tom menetap di rumah Sam. Setiap kali Sam pergi bekerja, perlakuan dan makan yang didapat Tom tergantung pada rasa sayang separuh hati dari sang nyonya rumah.

Mereka mencapai warung Sumi.

“Apa yang terjadi operator Sam? Kamu tidak memberi makan anjing peliharaanmu pagi ini.” Sambut Sumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun