Mohon tunggu...
Muhammad Dahlan
Muhammad Dahlan Mohon Tunggu... Petani -

I am just another guy with an average story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi, Buruh dan Anjingnya

25 Februari 2017   21:02 Diperbarui: 26 Februari 2017   18:00 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mengapa kamu tidak menjadi profesor daripada membuang-buang waktu di sini?” ejek yang lain.

“Atau bergabung dengan kelompok teater, menulis lirik lagu, menari-nari jika bertemu pilar atau pohon?” semprot yang lain lagi sambil menirukan gerakan sebuah tarian.

Sam beranjak keluar dari ruang tunggu dengan kesal.

Kita tinggalkan sejenak Sam yang tengah gundah pada perlakuan teman kerjanya. Mari saya ceritakan sedikit tentang Sam, tokoh cerita kita, seorang supir truk gandeng pengangkut batubara dengan bobot ratusan ton. Dia terdampar bersama orang-orang penuh kelakar dan suka berteriak ketika bicara. Sementara Sam penyendiri, kutu buku, dan sekarang, dia menulis. Seandainya Sam mendapat kesempatan yang tepat dia akan menjadi orang berpengetahuan tinggi, tapi situasi menghendaki sebaliknya dan ketidakberuntungan hidup membuat dia tidak punya banyak pilihan.

Sam seorang pekerja yang  baik. Dia bahagia dengan pekerjaannya dan puas dengan kehidupannya. Dia tekuni rutinitas mengemudikan truk besar pengangkut batubara dari tempat pengisian menuju tempat pembongkaran di pelabuhan dengan jarak 40 kilometer dan harus mendapat sedikitnya lima trip dalam sehari. Dia tidak pernah merasa bosan atau kesepian saat antri panjang ketika mengisi atau membongkar muatan sebab dia selalu membawa beberapa buku yang bagus untuk dibaca. Dan sekarang dia mulai menulis, ya, menulis puisi.

Sam selalu ingin menulis tapi tidak tahu bagaimana memulainya, sampai suatu dini hari, ketika menunggu antrian panjang bongkar muatan di pelabuhan saat matahari terbit, semburat merah kekuning-kuningan emas menyambut matahari yang baru bangkit dari garis imajinasi permukaan laut, burung-burung berkicau terjaga dari lena, cakrawala menjernih biru muda. Pemandangan menakjubkan itu menginspirasinya untuk menuangkan percikan-percikan perasaan batinnya ke atas kertas dan dengan demikian lahirlah tulisan pertamanya, sebuah puisi, yang diberinya judul Menyongsong Fajar.

Sam tinggal di ibu kota kabupaten yang memiliki surat kabar harian berisi delapan halaman beroplah kecil. Pada halaman belakangnya terdapat teka-teki silang, surat pembaca, cerpen, dan puisi. Sam terobsesi tulisannya dimuat di surat kabar lokal itu, di halaman belakangnya, satu hari kelak.

Sam mengantar sendiri puisi yang ditulisnya di atas selembar kertas yang dia sobek dari buku tulis putrinya kepada redaktur surat kabar yang menatapnya dengan geli dan berkata, “Kita lihat saja nanti.”

Sekarang mari kita kembali ke cerita kita dan melihat apa yang terjadi pada Sam yang telah pulang kerja.

Dia baru turun dari bis antar jemput karyawan dan berjalan cepat menuju rumahnya ingin segera menunjukan puisinya kepada istri dan putrinya.  Melihat Sam berjalan melewati gerbang gang tanpa melirik membuat Sumi berpikir ada sesuatu yang salah pada Sam karena biasanya dia selalu mampir di warungnya minta dibuatkan secangkir kopi dan membeli sebungkus sosis buat Tom, anjing peliharaannya.

Seperti biasa, Tom adalah yang pertama menyambut Sam dengan menggonggong gembira, melompat, berlari-lari dan mengibaskan ekornya di depan pintu pagar. Tetapi kali ini Sam mengabaikannya  dengan tidak meraih dan menggendong Tom seperti biasanya. Tidak juga dengan belaian, sapaan ramah, dan yang terpenting tidak ada sekantong sosis. Tom bingung pada perilaku aneh tuannya, namun dengan setia mengikuti menuju pintu rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun