Mohon tunggu...
Mas Gunggung
Mas Gunggung Mohon Tunggu... Penulis -

Selamat menikmati cerita silat "Tembang Tanpa Syair". Semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tembang Tanpa Syair - Jagad Tangguh - Bagian 16

13 Agustus 2016   21:08 Diperbarui: 13 Agustus 2016   21:14 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maksud ayah begini, bahwa seseorang belum dikaruniai kemampuan suatu keilmuan itu bukan berarti orang itu bodoh atau tidak berbakat atau semata-mata tidak berjodoh. Melainkan karena memang sesungguhnya belum jatuh hukumnya ia menguasai ilmu itu. Yang dipelajarinya bukan menjadi tidak berarti. Tetap berarti dan memiliki manfaat. Hanya saja, belum jatuhnya hukumnya ia diberikan amanat ilmu tersebut. Karena belum jatuh hukumnya, maka belumlah ia akan dikaruniakan tanggungjawab keilmuan tersebut.", jawab ayah.

"Maka janganlah kamu berkecil hati atau bersedih manakala kok sudah mencoba melatih sekian lama namun belum berhasil dan gagal terus. Jangan menyerah, tetap latih sebaik-baiknya. Tunggulah hingga nanti hukum itu jatuh atasmu. Namun ketika hukum itu jatuh atasmu, itu artinya kamu memiliki tanggung jawab yang lebih besar.

Dikaruniakan satu jenis atau berbagai jenis keilmuan itu sungguh sangat berat beban dan pertanggungjawabannya.

Selendang Mayang, sesungguhnya bisa dikembangkan menjadi seperti ini... Ambil lima besi dragon itu lalu lemparkan ke arah ayah secara acak...", lanjut ayah.

Aku menurut. Kuambil segera lima buah besi dragon lalu satu persatu kulemparkan ke arah ayah.

Ayah menggerakkan selembar sabuk silat warna merah kesana kemari ke arah besi dragon yang mengarah ke ayah.

TRAANG! TRRRAANG! TRANG! TRAAANG! TRRAAANG!

Besi-besi dragon yang terlempar diudara mendadak seperti terkena benturan tajam dan patah di udara. Bunyi patahnya sangat nyaring terdengar. Ujung sabuk silat merah ayah mengenai besi-besi itu lalu membuatnya patah berhamburan. Dimataku hal itu sangat hebat sekali. Namun anehnya, kulihat raut wajah ayah sama sekali tidak menyiratkan kebahagiaan.

"Kamu tahu... ketika ilmu Selendang Mayang ini sudah jatuh hukumnya kepada ayah, artinya ayah diberikan tanggung jawab yang lebih besar. Dan ini berarti resikonya juga menjadi semakin besar. Ayah mampu mengganti selembar sabuk silat merah ini dengan yang lebih tipis. Mediumnya bisa apa saja. Dan itu akan bisa menjadi senjata bagi ayah. Daun, rumput, bahkan sehelai rambut.

Segala kemampuan seperti ini, apabila tidak disikapi dengan bijasana maka hanya akan menyebabkan hatimu makin berpaling dariNya. Karena ada kecenderungan munculnya kesombongan seperti 'langkah semut hitam diatas batu hitam di malam gelap gulita'. Halus, hampir tidak terasa...", ucap ayah.

Aku mendengarkan dengan seksama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun