"Letakkan lagi... Lalu kamu pukul lagi...", pinta ayah.
Kembali kuletakkan besi dragon itu dan kucoba lagi dengan sabetan yang lebih keras.
TRAANGGG!
Besi dragon itu terlontar, dan patah. Aku hampir saja melompat kegirangan.
"Bagus sekali! Sekarang ambil lagi satu besi dragon lalu letakkan kembali diatas jagrak kayu itu...", pinta ayah.
Aku memasang kembali besi dragon yang masih utuh keatas jagrak.
"Dari dua lipatan sabuk itu, sekarang kamu lepaskan hingga hanya ada satu lembaran sabuk saja. Sisanya lilitkan di tanganmu...", pinta ayah.
Aku menurut. Kubuka sabuk merah itu, lalu kusisakan hanya selembar sepanjang lengan orang dewasa. Sisa panjanganya kulilitkan di pergelangan tanganku. Rasanya kini sabuk itu menjadi sangat ringan karena hanya selembar sabuk saja tanpa dilipat apapun. Keyakinanku untuk mematahkan besi dragon itu menjadi berkurang drastis.
"Patahkan besi dragonnya...", ucap ayah.
Aku menurut. Kuatur napasku, kusiapkan gerakan untuk menyabetkan selembar sabuk itu dengan kuat.
TAAANG!