Aku menurut. Kuatur posisi jagrak kayu dan kuletakkan satu buah besi dragon diatasnya. Aku melihat ayah mengambil sabuk silat warna merah dan memberikannya kepadaku.
"Lipat dulu sabuk itu, lalu kamu gunakan untuk mematahkan besi itu...", ucap ayah.
Aku menurut. Sabuk silat merah itu kalau kulipat akan menjadi delapan bagian. Panjangnya kini hanya sepanjang lengan orang dewasa. Rasanya agak berat. Dengan berat seperti ini dan tebalnya lipatan ini aku yakin akan dengan mudah mematahkan besi dragon didepanku.
Segera kuambil posisi pemukulan, kemudian kusabetkan sabuk itu dengan kuat kearah besi dragon didepanku.
TRAANG!
Besi dragon itu patah dua.
"Bagus... Sekarang kamu pasang lagi satu dragon diatasnya...", pinta ayah.
Aku menurut. Kupasang lagi satu dragon diatas jagrak kayu.
"Sabuk merah itu yang lipat delapan itu kamu buka lipatannya hingga hanya lipat empat saja...", ucap ayah.
Aku menurut. Sabuk merah yang kupegang kemudian kurentangkan lagi sehingga kehilangan lipatan tengahnya dan kini mennjadi hanya lipat empat saja. Sementara bagian lainnya kulilitkan dipergelangan tanganku.
"Patahkan lagi besi dragon itu...", pinta ayah.