Performa lembaga kian sempit dan menua. Oprasional harian dan bulanan begitu membahana. Suka-duka pemilik lembaga tak terbendung melilit dirinya. Pemikiran "mencari derma" pun muncul seketika.
Ikhtiar mencari derma bagi dayah yang membutuhkan pun segera diwujudkan. Hal itu diawali dengan merekrut sebagian santri untuk berpetualang ke kota atau desa. Mereka dibagi atas beberapa kelompok dengan dibekali surat atau amplop dayah dimaksud.Â
Perjalanan mereka adakalanya dengan sepeda motor atau jalan kaki, bahkan dengan mobil sekalipun sesuai dengan jarak tempuh yang bakal mereka lalui. Mereka mendekati pintu demi pintu toko atau mengetuk pintu demi pintu rumah untuk mengharapkan infak dari masyarakat. Hasilnya dibawa pulang ke pangkuan panitia atau pemilik lembaga dayah.
Efek Negatif Santri Pencari Derma
Terlepas dari bantuan pemerintah melalui badan dayah setiap tahunnya, para pemilih dayah-dayah tertentu juga melepaskan santri mencari derma.Â
Hal ini dapat kita perhatikan dalam keseharian bahwa adanya para santri yang berjalan ke sana kemari untuk mencari sumbangan atau derma buat dayah dimaksud. Harapan besar dari panitia atau pemilik dayah adalah terkumpulnya sejumlah dana yang dapat digunakan untuk kepentingan dayah tanggung jawabnya itu.Â
Dalam dirinya dan bahkan sebagian orang tua santri menganggap santri mencari derma adalah langkah "yang sangat positif". Mengapa tidak? Hal ini dikarenakan para santri telah setia membantu dayah, tempat mereka menimba ilmu. Apalagi jika perbuatan mereka itu dielu-elukan dengan segudang anugerah dan pahala dari Yang Maha Kuasa. Dengan begitu, mereka terpicu untuk merelakan diri mencari infak di mana-mana.
Rahmat Allah senantiasa mempengaruhi jiwanya untuk terus melanglangbuana ke arah tercapainya infak tersebut. Mereka tidak memikirkan sedikit pun dampak yang bakal timbul dan mencelakakan dirinya. Seolah-olah perbuatannya itu 100% positif. Padahal, di balik kerelaan dan kesetian para santri mencari derma terdapat sejumlah "Efek Negatif" yang bakal menimpa diri mereka.Â
Malas Belajar dan MenghafalÂ
Belajar, sekaligus menghafal merupakan tugas rutinitas para santri. Pelajaran yang mereka geluti adalah lingkup agama (utama masalah 'aqidah), kajian Al-quran dan Hadist serta ilmu-ilmu agama lainnya. Semua itu disampaikan dan diterima di dalam pembelajaran atau penganjian yang diampu oleh setiap Teungku atau Ustaz.Â
Para pecinta ilmu agama ini terus saja mengikuti langkah-langkah yang disampaikan oleh gurunya itu. Dirinya berharap akan terukir sejumlah ilmu pengetahuan agama dalam jiwanya kelak. Namun, harapan demi harapan kian pupus ditelan kegelapan masa. Ilmu tetap terukir dalam kitab, perubahan dirinya ke arah yang lebih baik tak tergapai.