Â
Oleh : Marzuki Umar, M.Pd.Â
Â
Istilah "Pesantren atau dayah" kiranya bukan hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Aceh khususnya. Istilah ini kian melekat dalam hati sanubarinya karena tempat tersebut identik dengan rumah ibadah.Â
Mengapa demikian? Sebagaimana kita ketahui bahwa pesantren atau dayah merupakan tempat penampungan para muda belia atau para kaula muda untuk digembleng menjadi santri.Â
Melalui sarana ibadah ini, mereka ditempa dengan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan yang memadai serta bernuansa agama sesuai dengan jenjang masing-masing. Konon, saat ini lembaga kecintaan masyarakat ini pun sangat mudah didapatkannya di berbagai daerah.
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan dan pertumbuhan pesantren atau dayah pun kian melejit. Kalaulah beberapa puluh tahun yang silam, di Aceh khususnya, hanya terdapat beberapa pesantren atau dayah ternama di daerah-daerah tertentu saja, kini lembaga pendidikan islami tersebut tumbuh "bak jamur di musim hujan" layaknya. Hampir rata daerah dan pelosok saat ini dimunculkannya.Â
Kakanwil Kemenag Aceh mengungkapkan bahwa "Jumlah Dayah di Aceh sampai saat ini mencapai 1626 unit yang tersebar di berbagai daerah Kabupaten/Kota". https://aceh.tribunnews.com Diakses 4 Desember 2023, pukul 21 WIB.
Ungkapan tersebut membuktikan bahwa keberadaan lembaga pendidikan agama di Aceh ini kian mencuat di mana-mana. Hal itu tentu tidak terlepas dari cara pandang masyarakat terhadap dunia pendidikan dewasa ini.Â
Terlebih peradaban yang kian kacau-balau, membuat kamera masyarakat membidik ke area-area tarbiah yang dianggap lebih menguntungkan, terutama bagi diri dan keluarga beserta agamanya.Â
Kondisi ini terindikasi dalam lima tahun terakhir ini, dimana banyak orang tua yang mengarahkan anaknya untuk masuk ke pendidikan dayah. Dalam hal ini, jauh-jauh hari sang orang tua telah mencari informasi mengenai keberadaan dan kemajuan dayah yang akan dituju.