Aku pura-pura terkejut, tentu saja, wangi parfumnya sudah bisa tercium dari jauh, mengalahkan wangi kuah laksa yang menyeruak dari dalam dapur restoran. Aroma parfum yang sangat khas, juga dilengkapi oleh wangi pelembap rambut yang menempel seharian di rambutnya, meskipun rambutnya sering kali dirusak oleh helm favoritnya sendiri. Dia selalu membawa helm itu ke mana pun dia pergi, supaya lebih aman, katanya.
Seperti biasa, Dira duduk di sampingku. Kami berdua bukan tipe pasangan yang suka duduk berseberangan. Pernah sekali waktu, ketika aku dan Dira terpaksa duduk berhadap-hadapan, dia langsung bilang, "Iya pak, saya sudah lihat CV bapak kemarin, jadi, kenapa bapak pilih kerja di tempat ini?" kata Dira, sambil pura-pura menjadi seorang HRD yang mewawancarai calon pegawai perusahaan.
"Kamu sampai jam berapa tadi, Ton?" tanya Dira.
"Jam enam lebih sedikit, enggak terlalu lama kok," jawabku, sedikit berbohong karena aku sudah menunggu hampir setengah jam. Sekarang, jam di tangan kiriku menunjukkan pukul 18.25, cahaya matahari sudah mulai dilahap oleh gelapnya malam. Terang bulan dan lampu-lampu restoran menghiasi malam kami.
"Udah pesen belum?" kata Dira, memastikan bahwa aku tidak lupa minuman kesukaannya.
"Suuudaah, nona maniiiss," balasku manja, aku tersenyum.
"Hehehe, soalnya aku udah lapeeerr banget, mau cepet-cepet nyobain kwetiaunya," kata Dira sambil menggenggam erat tangan kananku. "Oh ya, terus kamu bilang tehnya itu enak banget, aku jadi keroncongan!" lanjutnya semringah, matanya berbinar-binar, aku bisa melihat wajahku sendiri dengan jelas dari kedua bola matanya yang indah.
Dira sangat bersemangat, dan lapar. Aku pun sama, perut ini sudah berusaha aku tahan supaya tidak mengeluarkan bunyi-bunyian aneh. Sambil tetap ngobrol dan sesekali tertawa, kami berdua sudah tidak sabar menunggu hidangan yang telah dipesan.
Beberapa saat setelahnya, Dira menoleh ke kiri, dan melihat hidangan yang kami pesan telah dibawakan oleh seorang pramusaji.
"Waaaahhhh! Porsinya banyak banget, sih, aku kayaknya enggak habis, deh, Ton..." kata Dira khawatir, melihat makanan yang dibawakan dengan porsi yang sangat banyak.
"Dir, tenang, aku siap membersihkan semuanya," balasku yakin, walaupun aku pun khawatir akan muntah jika terlalu cepat menghabiskan porsi yang banyak ini. "Oh iya, minumannya dicobain dulu, ini minuman terenak se-Kota Jogja," tegasku yakin.