Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Es Krim

21 Februari 2023   21:59 Diperbarui: 21 Februari 2023   22:01 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiba di rumah sakit, aku mendapati ibu tengah menangis di luar ruangan Kak Leo ditangani. Aku pilu melihat wanita yang telah melahirkanku dan Kak Leo meneteskan air mata. Ini semua karena aku. Aku yang sudah membuat anak pertama ibu itu celaka. Andai aku mendengarkan kata-kata saudara lelakiku tersebut, ia pasti tak akan celaka seperti ini.

"Ibu..." aku memeluk tubuhnya dengan erat. "Maafkan aku, Bu. Aku udah buat kakak celaka."

"Nggak sayang, ini bukan karena kamu, ini musibah." Ibu menjawab sambil mengelus-elus rambutku yang terurai.

"Tapi kalau aku mendengarkan perkataan kakak, beli es krimnya bareng ibu aja, pasti kakak gak akan ke sana sendiri dan jadi celaka seperti ini, Bu."

"Nggak sayang, ini sama sekali bukan kesalahan kamu. Sekarang kamu berdoa yang terbaik, ya, agar gak terjadi sesuatu yang buruk pada kakak."

Selama lima belas menit menunggu, akhirnya Kak Leo selesai ditangani. Dokter yang menanganinya pun ke luar dan memberi tahu bagaimana keadaan Kak Leo.

"Kakak aku baik-baik aja, kan, Dok?" Sebelum ia mengatakan hal itu, aku lebih dulu membuka suara.

"Iya, Dok. Anak saya baik-baik aja, kan?" Ibu pun menanyakan hal yang sama sepertiku.

"Kakak kamu dan anak ibu baik-baik aja, kok. Tapi, kemungkinan kaki pasien mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan yang dialaminya."

Tangisku pecah setelah mendengar jawaban dari sang dokter itu. Kukira hanya kabar baik yang disampaikan olehnya, tetapi kabar buruk-lah yang sebenarnya ia ingin sampaikan pada kami.

"Jadi kakak aku gak bisa berjalan lagi, Dok?" Aku melontarkan pertanyaan yang sebenarnya sudah kuketahui jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun