"Apa sih, Dek? Ganggu orang aja!" ucapnya yang baru menyadari kedatanganku.
"Apa? Ganggu kakak? Seharusnya aku yang berkata gitu. Suara kakak mengganggu aku yang lagi belajar!" Aku menjawab dengan kesal.
"Oh, kamu terganggu, ya. Ya udah, gak usah didengarin." dengan santai ia berkata.
"Tapi aku bisa dengar, Kak. Aku bisa dengar suara kakak yang kayak kaleng rombeng itu!" Aku kembali menjawab dengan kesal.
"Dek, suara kakaknya bagus begini dibilang kayak kaleng rombeng?"
"Memang kaleng rombeng! Telinga aku sampai sakit dengarnya. Memangnya kakak gak belajar? Besok, kan, ujian semester,"
"Ngapain belajar? Orang nanti kamu yang bakal menraktir kakak es krim, hahaha."
"Loh, kan, belum ketahuan siapa yang mendapat nilai lebih bagus di rapor nanti?"
"Udah pasti kakak, jadi kamu siap-siap aja sisihin uang jajan buat mentraktir kakakmu ini es krim, ya. Hahaha,"
Kak Leo kembali tertawa sambil memasang earphone yang kulepas tadi, aku yang geram melihat tingkah saudara lelakiku itu pun ke luar dari kamarnya dan balik ke ruang tidurku untuk melanjutkan belajar yang sempat terhenti.
Ucapan lelaki itu tak boleh terjadi, aku yang harus mendapat nilai lebih bagus darinya agar tidak menraktir dirinya es krim seperti yang sudah kami sepakati sebelumnya.