Ia sedikit bergerak, dan menimpali ucapanku. "Ada apa si, Dek? Ganggu orang tidur aja," sambil terus terpejam matanya.
"Kak, bangun. Lihat ini, nilai raporku lebih bagus dari kakak."
Mata Kak Leo langsung terbelalak, kemudian membangunkan tubuhnya.
"Coba kakak lihat!" Ia mengambil raporku dan rapornya. Satu persatu ia mulai melihat daftar nilai tersebut.
"Nggak benar ini! Pasti guru kamu salah kasih nilai? Atau dia kasih nilai segini karena kasihan sama kamu?" Komentarnya setelah beberapa saat melihat nilai kami dan membandingkan keduanya.
"Enak aja, aku bukan kakak yang diberi nilai kasihan sama guru!" Aku membela diri.
"Udah, ah, kakak jangan lari dari tanggungjawab. Cepat belikan aku es krim!"
"Iya, iya. Tapi kakak kasih uangnya aja, ya, kamu beli sendiri sama ibu. Kakak masih ngantuk,"
"Nggak mau, aku maunya es krim, bukan uang, Kak."
"Sama aja, Dek. Beli es krim, kan, pakai uang juga."
"Tapi aku maunya dibeliin sama kakak, gak mau beli sendiri. Lagi juga ini udah siang, Kak, masih mau tidur aja."