Negeri yang buta akan ilmu pengetahuan layaknya bunga yang haus akan air dan cahaya. Keberadaanya hanya sebatas keindahan di mata, namun begitu rapuh dalam bertahan.Â
Bunga yang indah membutuhkan tenaga untuk mempertahankan dirinya, yaitu air dan cahaya matahari. Begitu pula suatu bangsa membutuhkan ilmu pengetahuan untuk bertahan dari ancaman penjajahan pikiran dan fisik.Â
Indonesia sebagai negara yang pernah mencicipi pahitnya penjajahan telah memberikan suatu legacy bahwa perjuangan untuk bebas dari tekanan negara penjajah bukanlah melalui gerakan militer semata, melainkan juga membutuhkan perlawanan dengan ilmu pengetahuan.Â
Tokoh bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa hanya dengan bukulah kita mampu dikenang dan dipandang oleh bangsa luar. Adalah B.J. Habibie, Presiden ketiga Indonesia itu sangat gemar membaca buku.Â
Karena kebiasaannya itulah negara luar salah satunya Jerman tertarik untuk memanfaatkan ilmunya di bidang penerbangan. Kecintaan Habibie pada buku bukan hanya pada karya non fiksi tetapi juga karya fiksi seperti karya Jules Verne.Â
Ia menjadi tokoh bangsa yang sangat akrab dengan dunia penerbangan. Bahkan melalui kecintaannya pada bukulah sehingga ia menemukan sebuah teori yang diberi nama crack propagation theory atau teori perambatan keretakan.Â
Teori ini merupakan model matematika yang berguna untuk memprediksi perilaku perambatan retak di struktur pesawat hingga tingkat atom (Sumber: https://tirto.id/).
Masih terdapat segudang tokoh nasional yang memiliki kecintaan terhadap buku. Namun, keberadaan mereka hanya akan menjadi sebuah kenangan jika para generasi yang akan datang justru redup dalam dunia literasi.Â
Produktivitas dalam menggali ilmu pengetahuan melalui buku sangat menjadi penentu masa depan bangsa dan negara ini. Apatah lagi kemajuan teknologi yang mulai memasuki era Revolusi 4.0 menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang harus ikut serta dalam lingkaran persaingan dagang secara internasional.Â
Kita hanya akan mampu bersaing dengan negara berkembang dan maju lainnya jika modal ilmu dan pengetahuan para generasi negeri ini telah mumpuni serta dipersiapkan secara komprehensif.Â
Tetapi, kembali lagi, banyak generasi terlena dengan kemajuan teknologi yang ada. Banyak fakta menunjukkan bahwa di masa sekarang kebanyakan generasi milenial menghabiskan waktu dengan gadget dan melupakan dunia literasi.Â