pikuk tak henti berlari di tepi hari,
mengais jejak dalam bayang lelap,
tak kenal rehat, tak kenal lenyap.
Langit malam jadi saksi kelabu,
di mana manusia dan waktu berseteru,
tangis angin menyelusup dinding kota,
namun tak memadamkan gema nestapa.
Pikuk, engkau kini bukan sekadar suara,
kau jelma luka di jiwa yang terlupa,
mengurai harap menjadi serpihan kecil,
meninggalkan sepi yang tak dapat kupilih.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!