"Ibu tidak tanya, Ayah mau bisnis apa?" tanya ayah seolah mendesak jawaban ibu.
"Memangnya Ayah mau bisnis apa? Sembako kan sudah?" tanya ibu sedikit penasaran.
"Ayam pedaging, Bu. Kan bagus, sekarang ada beberapa tetangga kita yang buka warung. Terus, banyak kos-kosan di sekitar kita. Nanti Ibu goreng, terus dijual deh di kios. Bagaimana? Cemerlang kan ide Ayah?" ayah terkekeh.
Ibu tersenyum sambil mengelus rambutku yang sedari tadi duduk di pangkuannya.
"Gimana, Al?" tanya ayah.
"Belikan mainan, Yah!" rengekku.
"Kok beli mainan?"
"Gimana bagus tidak bisnis ayah? Itu, ayam pedaging yang baru saja Ayah bilang," ayah menghampiriku.
       Aku hanya mengangguk. Ayah menggendongku sambil bernyanyi kecil di dalam rumah. Aku sangat bahagia. Bahagia sekali menjadi anaknya.
      Selang beberapa hari, sebuah carry berhenti di depan rumahku. Saat itu, aku sedang bermain sendiri. Ratusan ekor bibit ayam pedaging pun diturunkan, kemudian aku dan ibu membantu ayah memasukkannya ke kandang yang sudah disiapkan ayah sebelumnya.
                                 ***