Waktu itu aku sibuk bermain di pojok rumah, di bawah rerimbunan bunga-bunga. Ayah nongol di jendela kamar. Sebentar-sebentar melirik ke arah jalan tikus seberang rumah. Dari kejauhan, pengecer datang. Lewat jendela, ayah memberikan angka tebakannya! Aku hanya diam. Diam dan takut kepergok ayah. Aku harus menutup mulut agar bencana tidak terjadi.
            Aku tersenyum kecut. Dasar ayah! Ya, ayahku baik. Baik sekali. Ibu juga tahu, ayahku baik. Baik sekali. Memang baik ayahku. Aku bangga menjadi anaknya, sampai kapan pun. Karena ayahku baik. Baik sekali.
Noa, 26 Maret 2020
16. 04
(Cerpen ini dinobatkan sebagai juara 2 dalam event lomba cerpen tema "Keluarga" yang diadakan FAM Indonesia 2020)
M. Hamse
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H