Vindi diam saja. Bayangan ketakutan makin kuat dalam pikirannya. Beberapa tim perawat mengantar pulang.
"Untuk sementara, Ibu jangan kontak fisik dengannya," kata perawat itu.
"Ibu wajib pakai masker," katanya lagi sambil memberikan sebuah masker.
"Jangan takut, Bu! Banyaklah berdoa. Kami yakin, dengan kuasa-Nya, ia akan sembuh!"
***
Ia merasakan dirinya terasing dalam gubuk reyot itu. Ine sangat mengasihinya selama ia diisolasi. Memberinya makan dan kebutuhan lain. Tidak ada tanda-tanda kebencian dari sang bunda. Vindi merasa haru dan menitikkan air mata.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya perawat itu setelah beberapa hari.
"Demamku hilang, sudah tidak pilek lagi, batuk juga sudah hilang," terangnya.
"Syukurlah!" kata pak RT.
Vindi menunduk. Ia menangis, entah mengapa. Ine juga ikut menangis haru, memeluk anak semata wayangnya.
"Maaf, Pak RT," ucapnya.
Pak RT hanya tersenyum, senyum seorang pemimpin yang berhati besar!
9 Mei 2020
M. Hamse