Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fobia

7 Desember 2022   19:13 Diperbarui: 7 Desember 2022   19:25 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya dulu enak-enakkan di Bali. Kamu suruh saya pulang. Saya sudah bilang, kalau saya pulang, tidak usah kerja. Terima bersih saja!" ceramahnya.

"Suruh kamu pulang untuk bantu Ine, Ame3-mu kan sudah tiada!"

"Ah, banyak omong. Uang! Cepat!" teriaknya.

Ine1                                       : artinya mama atau ibu (Bahasa Manggarai, Flores, NTT)

Wedol tu'u ghau ta2    : artinya gila itu orang (Bahasa Manggarai, Flores, NTT)

Ame3                                  : artinya ayah atau bapak (Bahasa Manggarai, Flores, NTT)

Ine hanya bisa mengelus dada, menggeleng kepala, tidak mengerti tabiat anaknya yang kian menggila. Mau menyumpahinya, tidak baik, itu darah dagingnya! Ine menitikkan air mata dan segera bergegas masuk kamar. Di angkatnya kasur tua kamarnya, mengambil beberapa lembar uang tabungannya, hasil penjualan umbi-umbian di pasar diserahkan ke anaknnya. Hal itu dilakukan untuk menghindari perkara menjadi prahara besar.

"Seandainya kamu masih hidup Piter," gumam ine.

Sang suami sudah berpulang sebelum Vindi lahir. Banyak yang bilang, itu adalah genetik dari ayahnya. Dulu ayahnya juga bisa disebut preman! Kurang lebih, Vindi adalah copy paste! Vindi sering loss control kalau habis menegak arak. Teriak-teriak, kebut-kebutan dengan sepeda motor dengan bunyi yang, ah, seperti diesel yang knalpotnya copot. Ia sama sekali tidak mengindahkan siapa- siapa. Kalau minum, habis sebotol, dua botol, berbotol-botol, uang pun habis. Itu perkara mudah buatnya. Tinggal palak atau pajak kepada setiap orang yang lewat. Anehnya, selalu dapat! Ya, bisa jadi, orang-orang seperti ibunya, menghindari perkara. Seperti malam itu, saat bulan muncul setengah. Ketika ia minum-minum dengan beberapa kawanan pemabuk tetangga sebelah.

"Hei, berhenti!" teriaknya ketika sebuah sepeda motor lewat.

Ia melompat dari sebuah tenda di bawah rimbun pohon mangga, di tepi jalan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun