Ada kebahagiaan di antara Kesedihan
Hujan yang rintik-rintik di tengah malam dan perasaan yang tergesa-gesa dengan pikiran yang rumit seperti kehidupannya. Terlihat seorang perempuan yang sedang mencari tempat untuk menyimpan sebuah kotak kerdus yang besar. Ia menaruhnya di suatu gubuk yang sepertinya masih berpenghuni. Dengan rasa percaya diri setelah menaruh kardus yang dikiranya tak ada yang melihatnya ia lansung lari ke arah mobil yang telah menantinya. Namun tak disangka, seorang pak tua melihat dan berteriak kepadanya. Namun sang wanita tersebut tidak menghiraukan dan terus berlari hingga ia naik ke mobil itu dan dengan kecepatan yang tinggi mobil itu lansung lenyap seketika.
Rupanya si Pak tua tadi merupakan pemilik gubuk itu. Ia tinggal di sana dengan se ekor anjing kesayangan. Istrinya telah meninggal dan anaknya telah pergi entah kemana. Ia melihat isi kotak itu dan terkejut. Terkejut antara bahagia dan sedih, pokoknya campur aduk. Ternyata isi di kardus itu adalah 2 orang anak kembar. Pak tua itu lansung menyimpan kedua anak yang masih merah itu di dalam gubuknya dan ia akan melapor ke pak RT besok agar tidak dicurigai atau disangka nyulik anak orang. Setelah ke esokan harinya Pak tua itu mendatangi rumah pak Rt, pak Rt pun dengan beberapa warga yang menjadi saksi menyetujui jika kedua anak itu diadopsi oleh Pak tua itu yang bernama Pak muhidin. Kesenangan tercurah di wajah Pak muhidin karena ia tidak akan kesepian lagi. Namun, di samping semua itu ada kesedihan di Semenanjung pipinya. Yaitu, keadaan ekonomi yang seolah mematahkan harapannya. Akan tetapi, Muhidin tidak akan berhenti sampai situ, ia bertekad untuk berusaha dan berjuang lebih keras agar bisa mencukupi semua kebutuhan kedua anak angkatnya itu.
Muhidin yang merupakan seorang pemulung berusaha untuk mengumpulkan limbah botol lebih banyak dan lebih giat dari biasanya, ia yang tadinya hanya mengumpulkan dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Kini ia mengumpulkan botol-botol dari jam 5 pagi selepas sholat subuh sampai dengan 8 malam. Kedua anaknya itu dititipkan ke penitipan bayi dengan membayar 50K perhari nya. Muhidin yang penghasilannya sehari tak mencapai 50K perhari pun merasa sangat tercekik. Ia mencari pekerjaan lain ketika hari sabtu minggu dengan menjadi kuli panggul.
7 tahun kemudian
2 anak itu kini akan menginjak bangku sekolah dasar. Anak kembar pertama diberi nama Randika yang memiliki ciri sebuah tompel di lehernya dan anak kembar kedua diberi nama Rezvan. Kedua nama tersebut diberikan lansung oleh Muhidin dengan memiliki arti yang mendalam. Muhidin telah berhasil mendidik sebuah adab kepada kedua anak angkatanya itu.
Pak muhidin yang semakin hari semakin menua, benar-benar tak berdaya ketika harga pangan dan kebutuhan yang terus naik dan tak kunjung turun. Untuk makan saja, biasanya mereka bertiga memakai nasi dengan garam. Terkadang Hari senin makan nasi, selasa rabu dan kamis nya puasa karena tidak ada yang bisa dimakan, hanya segelas air. Kedua anak itu akan di sekolahkan ke sekolah dasar negeri. Muhidin meminjam uang dari tetangganya untuk memasukkan kedua anak itu dan membelikan mereka peralatan sekolah yang layak.
Muhidin yang kini berpindah profesi sebagai sopir angkot yang lebih meyakinkan penghasilan dan tingkat pekerjaannya disaat usianya semakin menua. Satu minggu berjalan, kedua anak nya akan di antar ke sekolah dengan memakai angkot yang biasa pak muhidin kendarai. Randika dan Rezvan berjanji kepada ayahnya yaitu muhidin akan menjadi anak yang membanggakan dan memutuskan rantai kemiskinan keluarga mereka.
Dunia kerja memanglah kejam, 3 bulan kemudian Muhidin difitnah oleh saingan sopir nya yang bernama Anton hingga mobil yang biasa ia kendarai kini ditarik oleh Sultan Fardi Frans sebagai pemilik perusahaan angkot itu. Akhirnya muhidin memutuskan untuk kembali bekerja sebagai pemulung dan kuli panggul.
7 tahun kemudian
2 anak kembar itu berhasil menjadi anak yang berprestasi disekolah, hingga ia bisa masuk ke sekolah menengah favorit dan bisa membantu ayahnya memenuhi kebutuhan dari hasil pertandingan Olimpiade dan pertandingan berprestasi lainnya. Pak muhidin yang memiliki banyak hutang dan sering gali lobang tutup lobang tak tega untuk menggunakan uang dari anaknya untuk membantunya. Akan tetapi, kedua anak itu paham. Mereka membantu ayahnya itu hingga hutang-hutangnya bisa berkurang.
Muhidin yang kini telah berumur 59 tahun masih menjalankan pekerjaannya sebagai kuli panggul di pasar dan pemulung. Namun, karena penghasilan kuli panggul lebih besar dari memulung. Ia lebih memilih menghabiskan waktu nya untuk bekerja di pasar, yang tadinya hanya sabtu minggu. Hari bekerjanya di pasar menjadi rabu kamis sabtu dan minggu.
Pada suatu hari, Muhidin yang sangat kelelahan dan memiliki suatu penyakit. Ketika ia sedang mengangkat sekarung beras dan 10 tray karton telur ia terjatuh dan menghancurkan barang-barang itu. Seketika banyak orang yang melihat dan menyaksikan nya.
"kamu kalo sudah tua itu, Kalo gak sanggup jangan maksain! Liat ini barang dagangan yang mau saya dagangkan jadi hancur! Anda harus ganti rugi Pak tua! " Kata si borjuis kecil tersebut.
Semua orang yang menyaksikan, menatap sinis ke arah keributan itu. Borjuis kecil itu mengancam muhidin dengan melaporkannya ke pihak berwajib. Muhidin yang menangis seraya meminta belas kasih dan menceritakan kehidupannya tetap membuat borjuis itu tak mengasihani nya. Namun beberapa penjual dan pembeli yang mendengarkannya seketika bersatu untuk mengumpulkan uang dan mendominasikannya ke muhidin. Akhirnya muhidin pun berhasil lepas dari gugatan si Borjuis itu dengan membayarkan Uang yang terkumpul dari hasil donasi itu yang mencapai 2 jt. Dibayarkan nya 700K yang kini menyisakan 1,3 jt.
Muhidin yang sangat jarang sekali makan enak, ia lansung membeli 100K lauk pauk untuk anak-anak dan dirinya makan enak. Bagi muhidin, dengan uang 100K ia bisa membuat jamuan raksasa di meja rumah nya. Memang porsi hidup setiap orang berbeda. Terkadang ada orang yang mengeluarkan uang 1 jt untuk makan dan masih belum bisa bersyukur.
Ketika kedua anaknya itu pulang sekolah, ia lansung menjamu anaknya dengan lauk pauk yang berbagai macam. Seperti, ayam goreng, tahu, jengkol, sayur mayur,ikan dan keripik tempe yang baru pertama kali ia sajikan kepada dua anaknya itu.
Ketika makan telah selesai, Rezvan yang memiliki banyak ide kreatif mengatakan
"Ayah, ini keripik tempe nya sangat enak banget, aku sampe pengen lagi. Ini pasti ayah punya resep dari nenek moyang yah hehe? Soalnya rasanya epic banget. Bikin candu yah"
"Haha iya nak, Ayah dulu di beri resep sama mamah. Dulu mamah ayah sangat jago masak nya. Makanan yang paling ayah suka dari mamah dulu adalah keripik tempe nya yang begitu khas. Lalu, ayah meminta ajar kepada mamah biar bisa bikin sendiri. Mamah pun mengajari ayah sampai ayah bisa sekarang masak ini" kata ayah sambil memegang kepala Rezvan
"Wow. Ayah, kenapa gak coba jualan keripik tempe aja? Ini beneran enak" Tanya rezvan yang seketika membuat Muhidin dan Randika tersentak kaget.
"Kenapa kaget gitu yah? " Tanya Rezvan.
"Nak, usaha itu butuh modal yang besar dan peminat yang banyak. Sedangkan ayah hanya bisa mencukupi kebutuhan kalian. Haa lagi pula jualan itu kan naik turun hm" Jawab ayah
"Ayah, maafkan saya bukan untuk maksud menggurui. Jika menurut Rezvan, pemikiran ayah tidak salah. Namun, kurang tepat. Yah, tolong ini bener enak banget. Pasti banyak peminat nya. Yah, aku tu punya ilmu sedikit tentang bisnis dari mata pelajaran IPS. Kalo pengen usaha, modal kecil tapi untung besar itu prinsip Ekonomi nya. Agar bisa berkembang. Yang modal besar aja belum tentu bisa berkembang loo yah. Kita harus coba dulu semua itu" Kata rezvan
"Hm begitu ya nak. Tapi ayah gak punya lahan untuk jualan , lagipula ayah gatau cara promosi dan gak punya jiwa dagang. Haha " Ucap Muhidin yang lansung cemberut kebingungan
"Tenang yah, kalo masalah itu mah nanti aku coba dulu edarkan di sekolah sama Rezvan. Target pasar nya aku coba ke temen-temen aja dulu sama lingkungan sekolah" Kata randika sambil memakan keripik tempe dengan begitu lahap.
"Iya tu yah. Coba aja dulu yu?" Hasut Rezvan
"Hm, yasudah. Tapi ayah hanya punya uang 1,2 jt nak. Apakah cukup? " Tanya muhidin kepada kedua anaknya.
"Nanti aku bikin struktur keuangan yang telah aku pelajari di sekolah, dengan uang yang ayah miliki. Nanti aku kasih tau ya ayah" Jawab Rezvan
"Siap nak. Bapak tunggu secepatnya ya" Ucap ayah yang lansung tersenyum.
Ditengah hujannya malam, Rezvan dan Randika terus belajar. Walau gubuknya sekarang banyak yang bocor, tak membuat mereka berhenti. Rezvan yang telah membuat Struktur keuangan dan siap diberikan ke Ayahnya esok pagi pun telah selesai.
Ke esokan pagi nya, Rezvan dan Randika yang akan pergi sekolah memberikan kertasnya itu. Lalu mereka pun pergi. Kertas yang berisi singkat pada dan jelas itu sangat dimengerti oleh Muhidin. Muhidin pun segera bergegas ke pasar untuk membeli bahan baku. Dengan bermodalkan hanya 500K dan sisanya 700K untuk persediaan dan jaga jaga. Muhidin sempat ragu bahkan tak memercayai struktur keuangan yang telah dibuat anaknya itu. Namun, Muhidin tetap mencoba dan Muhidin berhasil membuat 50 plastik tempe berukuran sedang. Muhidin sangat kaget, karena prediksi dari anak nya itu bisa setepat ini. Ketika kedua anak kembarnya telah pulang ke rumah mereka segara membantu membereskan bekas produksi keripik tempe nya itu.
Lalu ke esokan harinya, Rezvan dan Randika membawa keripik nya yang berjumlah 50 itu. Rencana nya 48 bungkus akan dijual. Sedangkan yang 2 bungkusnya akan ia beri secara Cuma-cuma untuk pencicip dan mereka makan berdua. Mereka berdua berhasil menjual 48 bungkus dengan tandas tak tersisa dengan menghasilkan uang 600 ribu karena 1 bungkus plastiknya dihargai 12.500. Teman-teman dan para guru sangat menyukai keripik tempe itu. Guru Ips yaitu pak Asep memesan keripik tempe nya sekitar 100 bungkus, untuk ia jual kembali di toko dan bengkelnya. Ia juga menawarkan kepada Rezvan dan Randika untuk mempelajari ilmu Ekonomi lebih dalam agar bisnisnya bisa terus konsisten dan konstan.
Pak muhidin yang mendengar jika dagangan nya laris manis merasa sangat senang, walau bati pertamanya hanya 100K. Dari situ ia mulai percaya dan yakin. Apalagi dengan pak asep yang ingin memesan 100 bungkus serta mengajari kedua anaknya lebih dalam. Membuat Muhidin bersemangat membara bak seorang pemuda berusia 17 tahun. Selain di sekolah, Randika dan Rezvan yang fasih dalam public speaking menarik minat warga, membuat para warga disitu menjadi penasaran dan tertarik bahkan hampir setiap hari banyak di kerumuni oleh para peminat.
3 tahun kemudian
Hasil berdagang 3 tahun membuat Muhidin bisa membuka cabang home industri nya di dalam kota, luar kota bahkan ia berambisi untuk sampai ke luar negara. Selain itu, ia berhasil memiliki tempat pengepul limbah botol plastik di 3 kota besar. Yaitu, Bandung, Jakarta, dan Bogor. Benar-benar tak terduga. Seorang lulusan SD, pemulung, yang pernah bekerja menjadi kuli pasar bahkan pernah menjadi kuli bangunan kini Muhidin menjadi seorang jutawan.
Ketika ditanya oleh wartawan. Muhidin selalu mengatakan, bahwa anak adalah pembawa rezeki.
“saya tidak akan pernah sampai di tempat ini jika tidak ada kedua anak hebat yang membantu saya dan menyelamatkan hidup saya ini. Disetiap kejadian akan ada hikmah dan dibalik usaha yang pahit pasti ada hasil yang sangat manis dan menanti”
Muhidin juga berhasil mempunyai rumah yang sangat layak dan besar. Dirumahnya terdapat lapangan olahraga, tempat berkuda, berenang bahkan ia juga mempunyai mobil dan motor sport yang harganya bukan main boss. Selanjutnya, ia pun berhasil mewujudkan keinginan orangtuanya. Yaitu, mendirikan panti jompo, pasantren, sekolah SD,SMP, dan SMA, masjid besar di beberapa kota dan mengurangi pengangguran yang cukup drastis. Sekolah yang ia miliki, mempunyai suatu kekhususan bagi orang yang tidak mampu tapi ingin sekolah yaitu akan digratiskan.
“yah, Apakah yang paling sakit dalam kehidupan yang pernah ayah rasakan? Tanya Randika
“kehilangan” jawab Muhidin sambil mengelus kepala Randika.
“apa ayah pernah kehilangan?”
“tentu dan kehilangan yang paling menyakitkan adalah kematian” ucap Muhidin yang lansung meneteskan air mata.
“Ran” kata Rezvan
“Iya iya” jawab Randika.
Mereka bertiga pun saling berpelukan erat satu sama lain. Ternyata Rezvan dan Randika akan pamit untuk pergi keluar negeri karena akan melanjutkan kuliah. Rezvan berkuliah di Oxfoard University. Sedangkan, Randika di Harvard university dengan jurusan yang sama yaitu Ekonomi. Namun, sebelum berangkat ke sana. Mereka berdua akan menemani Muhidin mesahkan perusahaan yang ke-20 nya. Cerita pun ditutup ketika Muhidin melambaikan tangan ke arah pesawat yang menjulang tinggi di langit.
Kehidupan merupakan sebuah seni yang diciptakan oleh Tuhan untuk makhluk yang ia kehendakinya dan juga terkadang sesuatu yang bagi si A tidak berharga. Namun, bagi si C sangatlah berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H