Mohon tunggu...
Marfi Nasrullah
Marfi Nasrullah Mohon Tunggu... Lainnya - SIswa

dukung saya dengan membaca hasil karya saya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ada Harapan Ditengah Kesengsaraan

13 Februari 2022   17:50 Diperbarui: 13 Februari 2022   18:36 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak muhidin yang mendengar jika dagangan nya laris manis merasa sangat senang, walau bati pertamanya hanya 100K. Dari situ ia mulai percaya dan yakin. Apalagi dengan pak asep yang ingin memesan 100 bungkus serta mengajari kedua anaknya lebih dalam. Membuat Muhidin bersemangat membara bak seorang pemuda berusia 17 tahun. Selain di sekolah, Randika dan Rezvan yang fasih dalam public speaking menarik minat warga, membuat para warga disitu menjadi penasaran dan tertarik bahkan hampir setiap hari banyak di kerumuni oleh para peminat.

3 tahun kemudian

Hasil berdagang 3 tahun membuat Muhidin bisa membuka cabang home industri nya di dalam kota, luar kota bahkan ia berambisi untuk sampai ke luar negara. Selain itu, ia berhasil memiliki tempat pengepul limbah botol plastik di 3 kota besar. Yaitu, Bandung, Jakarta, dan Bogor. Benar-benar tak terduga. Seorang lulusan SD, pemulung, yang pernah bekerja menjadi kuli pasar bahkan pernah menjadi kuli bangunan kini Muhidin menjadi seorang jutawan.

Ketika ditanya oleh wartawan. Muhidin selalu mengatakan, bahwa anak adalah pembawa rezeki. 

“saya tidak akan pernah sampai di tempat ini jika tidak ada kedua anak hebat yang membantu saya dan menyelamatkan hidup saya ini. Disetiap kejadian akan ada hikmah dan dibalik usaha yang pahit pasti ada hasil yang sangat manis dan menanti”

Muhidin juga berhasil mempunyai rumah yang sangat layak dan besar. Dirumahnya terdapat lapangan olahraga, tempat berkuda, berenang bahkan ia juga mempunyai mobil dan motor sport yang harganya bukan main boss. Selanjutnya, ia pun berhasil mewujudkan keinginan orangtuanya. Yaitu, mendirikan panti jompo, pasantren, sekolah SD,SMP, dan SMA, masjid besar di beberapa kota dan mengurangi pengangguran yang cukup drastis. Sekolah yang ia miliki, mempunyai suatu kekhususan bagi orang yang tidak mampu tapi ingin sekolah yaitu akan digratiskan.

 “yah, Apakah yang paling sakit dalam kehidupan yang pernah ayah rasakan? Tanya Randika

“kehilangan” jawab Muhidin sambil mengelus kepala Randika.

“apa ayah pernah kehilangan?”

“tentu dan kehilangan yang paling menyakitkan adalah kematian” ucap Muhidin yang lansung meneteskan air mata.

“Ran” kata Rezvan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun