Mohon tunggu...
Marfi Nasrullah
Marfi Nasrullah Mohon Tunggu... Lainnya - SIswa

dukung saya dengan membaca hasil karya saya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ada Harapan Ditengah Kesengsaraan

13 Februari 2022   17:50 Diperbarui: 13 Februari 2022   18:36 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kebahagiaan di antara Kesedihan

Hujan yang rintik-rintik di tengah malam dan perasaan yang tergesa-gesa dengan pikiran yang rumit seperti kehidupannya. Terlihat seorang perempuan yang sedang mencari tempat untuk menyimpan sebuah kotak kerdus yang besar. Ia menaruhnya di suatu gubuk yang sepertinya masih berpenghuni. Dengan rasa percaya diri setelah menaruh kardus yang dikiranya tak ada yang melihatnya ia lansung lari ke arah mobil yang telah menantinya. Namun tak disangka, seorang pak tua melihat dan berteriak kepadanya. Namun sang wanita tersebut tidak menghiraukan dan terus berlari hingga ia naik ke mobil itu dan dengan kecepatan yang tinggi mobil itu lansung lenyap seketika.

Rupanya si Pak tua tadi merupakan pemilik gubuk itu. Ia tinggal di sana dengan se ekor anjing kesayangan. Istrinya telah meninggal dan anaknya telah pergi entah kemana. Ia melihat isi kotak itu dan terkejut. Terkejut antara bahagia dan sedih, pokoknya campur aduk. Ternyata isi di kardus itu adalah 2 orang anak kembar. Pak tua itu lansung menyimpan kedua anak yang masih merah itu di dalam gubuknya dan ia akan melapor ke pak RT besok agar tidak dicurigai atau disangka nyulik anak orang. Setelah ke esokan harinya Pak tua itu mendatangi rumah pak Rt, pak Rt pun dengan beberapa warga yang menjadi saksi menyetujui jika kedua anak itu diadopsi oleh Pak tua itu yang bernama Pak muhidin. Kesenangan tercurah di wajah Pak muhidin karena ia tidak akan kesepian lagi. Namun, di samping semua itu ada kesedihan di Semenanjung pipinya. Yaitu, keadaan ekonomi yang seolah mematahkan harapannya. Akan tetapi, Muhidin tidak akan berhenti sampai situ, ia bertekad untuk berusaha dan berjuang lebih keras agar bisa mencukupi semua kebutuhan kedua anak angkatnya itu.

Muhidin yang merupakan seorang pemulung berusaha untuk mengumpulkan limbah botol lebih banyak dan lebih giat dari biasanya, ia yang tadinya hanya mengumpulkan dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Kini ia mengumpulkan botol-botol dari jam 5 pagi selepas sholat subuh sampai dengan 8 malam. Kedua anaknya itu dititipkan ke penitipan bayi dengan membayar 50K perhari nya. Muhidin yang penghasilannya sehari tak mencapai 50K perhari pun merasa sangat tercekik. Ia mencari pekerjaan lain ketika hari sabtu minggu dengan menjadi kuli panggul.

7 tahun kemudian

2 anak itu kini akan menginjak bangku sekolah dasar. Anak kembar pertama diberi nama Randika yang memiliki ciri sebuah tompel di lehernya dan anak kembar kedua diberi nama Rezvan. Kedua nama tersebut diberikan lansung oleh Muhidin dengan memiliki arti yang mendalam. Muhidin telah berhasil mendidik sebuah adab kepada kedua anak angkatanya itu.

Pak muhidin yang semakin hari semakin menua, benar-benar tak berdaya ketika harga pangan dan kebutuhan yang terus naik dan tak kunjung turun. Untuk makan saja, biasanya mereka bertiga memakai nasi dengan garam. Terkadang Hari senin makan nasi, selasa rabu dan kamis nya puasa karena tidak ada yang bisa dimakan, hanya segelas air. Kedua anak itu akan di sekolahkan ke sekolah dasar negeri. Muhidin meminjam uang dari tetangganya untuk memasukkan kedua anak itu dan membelikan mereka peralatan sekolah yang layak.

Muhidin yang kini berpindah profesi sebagai sopir angkot yang lebih meyakinkan penghasilan dan tingkat pekerjaannya disaat usianya semakin menua. Satu minggu berjalan, kedua anak nya akan di antar ke sekolah dengan memakai angkot yang biasa pak muhidin kendarai. Randika dan Rezvan berjanji kepada ayahnya yaitu muhidin akan menjadi anak yang membanggakan dan memutuskan rantai kemiskinan keluarga mereka.

Dunia kerja memanglah kejam, 3 bulan kemudian Muhidin difitnah oleh saingan sopir nya yang bernama Anton hingga mobil yang biasa ia kendarai kini ditarik oleh Sultan Fardi Frans sebagai pemilik perusahaan angkot itu. Akhirnya muhidin memutuskan untuk kembali bekerja sebagai pemulung dan kuli panggul.

7 tahun kemudian

2 anak kembar itu berhasil menjadi anak yang berprestasi disekolah, hingga ia bisa masuk ke sekolah menengah favorit dan bisa membantu ayahnya memenuhi kebutuhan dari hasil pertandingan Olimpiade dan pertandingan berprestasi lainnya. Pak muhidin yang memiliki banyak hutang dan sering gali lobang tutup lobang tak tega untuk menggunakan uang dari anaknya untuk membantunya. Akan tetapi, kedua anak itu paham. Mereka membantu ayahnya itu hingga hutang-hutangnya bisa berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun