Mohon tunggu...
Manjaro Pai
Manjaro Pai Mohon Tunggu... Freelancer - Ayahnya Manjaro

Every day for us something new Open mind for a different view And nothing else matters (Metalica)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | 5 Menit di Liang Lahat Ibu

1 April 2020   14:38 Diperbarui: 1 April 2020   19:34 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia ingat saat-saat menjadi anak bungsu yang selalu dibawa ibunya kemana-mana. Dia ingat saat disuapin makan pagi, siang, dan malam. Jojo ingat semua kasih sayang ibunya saat dia masih kecil.

Sambil menginjak-injak tanah yang diturunkan ke liang lahat, memori pikiran Jojo terus melayang ke masa lalu sehingga membuat dia tertegun. Sesekali dia ditegur untuk tidak berpegangan pada dinding liang lahat. 

Saat ditegur itulah Jojo sadar kembali bahwa dia sedang berada di dalam liang lahat ibunya. Dia sedang menginjak-injak tanah untuk mengubur ibunya yang dulu menyusuinya  dan selalu membelanya saat semua kakak-kakak mengodanya.

Tak terasa butir tetes air mata mulai keluar dari mata seorang Jojo yang angkuh. Terdengar suara parau dari atas liang lahat, suara seorang laki-laki tua yang sedang berjongkok menatap Jojo,"Air matamu Jo. Ayah kangen air matamu. Tapi jangan sekarang Jo. Kasian Ibumu."

Segera Jojo membasuh airmatanya, lalu dia jongkok di bagian kepala Ibunya dan menggali kembali tanah yang sudah diinjak-injaknya. Sontak itu membuat yang lain kaget. Jojo dengan menahan air matanya histeris menggali kembali tanah sambil memanggil-manggil ibunya. 

Segera orang disekitarnya menarik Jojo dan mengangkatnya keluar dari liang lahat. Dia masih histeris memaksa ingin melihat muka ibunya dan ingin memeluknya. Sampai akhirnya mendarat sebuah tamparan di pipinya yang membuat dia sadar.

"Sudah tidak kau urus adekku, sekarang kau bikin rusuh pula di pemakamnya," kata seseorang dengan nada kesal dan diakhiri dengan tamparan ke dua. 

Suaranya sangat jelas dan mudah diingat. Suara berat dan bernada seperti orang berbicara bahasa Belanda. Dia Pak De, Kakak kandung ibu Jojo yang juga sahabat ayahnya. Hanya dia yang selama ini Jojo patuhi dari keluarga besar. Bahkan dibanding ayahnya sendiri.

Meski sedikit reda histeris Jojo, dia tetap terus menatap ke liang lahat ibunya sambil terus memanggilnya. Wajah muda sang bunda mengingatkan kembali semua kenangan saat dia masih kecil. Ya, semua kasih sayang yang dicurahkan seorang ibu kepadanya terputar kembali.

Jojo ingat kembali saat ibunya marah dan jengkel karena dia lupa mengerjakan tugas sekolah, padahal ibunya sendiri wali kelasnya. Dia mengingat kembali saat huruf pertama diajarkan sang ibu. Dia mengingat kembali semua yang diajarkan ibunya. Dia mengingat kembali satu pepatah ibunya saat pertama dia jauh dari rumah, "Nak, penting kamu jadi orang hebat, tapi lebih hebat kalau kamu bisa jadi orang benar."

Dia juga ingat kembali petuah ibunya saat dia pertama merasakan patah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun