Mohon tunggu...
Manjaro Pai
Manjaro Pai Mohon Tunggu... Freelancer - Ayahnya Manjaro

Every day for us something new Open mind for a different view And nothing else matters (Metalica)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | 5 Menit di Liang Lahat Ibu

1 April 2020   14:38 Diperbarui: 1 April 2020   19:34 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jojo hanya menjawab dengan nada dingin,"Enggak usah. Santai aja, jangan tegang. Nenekmu itu setiap bulan pasti menginap di rumah sakit. Pingsan  sebentar sudah biasa. Sudah ya, Om mau sholat dulu."

Saat Jojo salat, telepon kembali terus berbunyi, sampai sedikit mengggangu salatnya. Dengan muka agak merah dan emosi, dia angkat kembali tanpa melihat nomer siapa yang masuk. Terdengar suara perempuan menangis dan jelas itu suara kakak perempuannya.

"Jooo...Ibuuuu Joooo...Ibu sudah pergi Jo. Cepet kamu pulang Jo," kata kakak perempuan Jojo dengan suara serak.

"Ya, tunggu," jawab Jojo dengan tenang, lalu menutup teleponnya. Kemudian dia telepon Mirna dan meminta agar istrinya itu bersiap untuk pergi ke rumah ibunya.

Setiba di lokasi, suasana begitu ramai. Banyak orang yang datang. Saat Jojo keluar dari mobil disambut haru para tetangga dan keluarga. Namun Jojo tetap tenang dan tangguh seperti biasanya.

Karakter keras yang dibuatnya sejak menjalani hari pertama di jalanan membuatnya dingin seperti es. Tidak mudah baginya untuk memasang muka sedih.

Hingga acara pemakaman dimulai, Jojo tetap berdiri dengan muka tegap seperti tidak ada apa apa. Bahkan saat kakak-kakaknya terkulai lemas, dia malah bersemangat mengangkat keranda sampai ke pemakaman. Bahkan Jojo dengan sigap turun ke liang lahat untuk menerima jenazah dan menyimpannya dipojokan liang lahat.

Setelah semua ditempatkan dengan semestinya, maka Jojo diminta orang untuk melepaskan beberapa ikatan pada kain kafan jenazah ibunya. Lalu Jojo diperintahkan untuk membuka kain yang menutupi muka Jenazah.

Saat membuka kain yang menutup muka jenazah mendiang ibunya, Jojo sedikit heran dan dan benerapa kali mengusap matanya untuk biar lebih jelas. Dia heran, muka yang dia lihat bukan muka seorang ibu tua renta yang sakit-sakitan, tapi muka yang dia lihat jauh lebih muda dan segar. 

Lalu dia berusaha mengingat muka itu. Ya, itu muka guru SD-nya. Muka ibunya 35 tahun yang lalu. Wajah ibunya terlihat sangat muda saat hendak dimakamkan. Jojo hanya melihat heran dan masih melihat muka ibunya saat papan terakhir hendak dipasangkan.

Saat tanah mulai diturunkan, ingatan Jojo masih melayang. Dia seperti melihat sebuah film dalam pikirannya. Dengan melihat muka ibunya seperti 35 tahun lalu, maka semua kenangan yang terlintas selama beberapa puluh tahun lalu kembali hadir dalam kepalanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun