"Sayang. Saya masih di jalan, macet banget. Saya tidak jadi ke apartemen malam ini. Istri saya menelepon, katanya ia sakit."
Marisa membuka dan membaca pesan itu tapi tidak membalasnya. Â Â
Ia sangat sedih dan kecewa Betle tidak jadi datang.
"Marisa, lelaki mana yang mau dengan perempuan yang sudah tidak gadis lagi. Lelaki itu hanya mau manisnya saja. Kalau madunya sudah habis ia akan terbang mencari mau yang lain. Kamu akan sangat menderita dengan kehamilanmu. Â Siapa yang akan membiaya hidup kamu dan anakmu nanti."
Suara itu terngiang dengan jelas di telinga dan masuk ke pikiran Marisa.
"Pergilah ke dekat jendela dan hiruplah udara. Ambilah kursi dan loncatlah dari jendela itu. Maka masalahmu akan selesai. Ayo loncat..loncat..locat." Kata-kata itu begitu kuat mempengarui pikirannya.
Marisa sudah ada di bibir jendela dan sekali loncat ia terhempas ke bawah.
"Jangan lakukan anakku"
Jangan lakukan cucuku"
Peringatan itu telambat beberapa detik.
Marisa telah meloncat dari jendela dan tubuhnya melayang di udara beberapa detik sebelum ia tergolek di halaman parkir Apartemen Kalibatu malam itu.