Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

High Telepathy Terror

16 Oktober 2018   08:39 Diperbarui: 22 Oktober 2018   15:11 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: circleofthedolphins.wordpress.com

"Okey tante. Segera saya kerjakan."  

Setelah order itu, si telepatis mulai bekerja mempengaruhi pikiran Marisa.

Di sebuah kamar di Apartemen Kalibatu City  si telepatis duduk sila penuh konsentrasi.  Di hadapannya terpampang foto Marisa. Mata si telepatis itu memandang tajam perempuan muda itu.

Ia memasukkan foto itu dalam pikirannya. Warna rambut, panjangnya, raut mukanya, matanya, hidungnya, warna bajunya mampu tercetak dengan sempurna di pikirannya. Ia seakan mampu melihat perempuan itu ada di depannya.

Pertama si telepatis arahkan perempuan muda itu untuk masuk ke kamar dan meminum racun pembasmi nyamuk.

"Marisa, hatimu sangat sedih dan marah atas penghinaan yang disampaikan Jasmin. Harga dirimu direndahkan serendah rendahnya dihadapannya. Tidak ada lagi alasan untuk hidup ini. Lebih baik mati saja. Di kamar itu di balik pintu itu ada racun minumlah, minumlah ayo minum."    

Suara itu terdengar dengan jelas ditelinga Marisa. Ia mulai terpengaruh dan sudah melangkah ke kamar yang ada racun nyamuknya. Ia seperti orang yang tidur tak sadarkan diri. Melangkah perlahan mendekati kamar dan membuka pintu dan matanya menebar mencari botol racun. Ia menemukannya, membuka tutupnya dan mengangkatnya.

"Ayo Marisa minumlah..minumlah...minumlah kamu akan bahagia di surga." Suara itu terdengar begitu jelas.

Tangan Marisa mengangkat botol racun itu dan mendekatkannya ke bibirnya yang merekah menyambut mulut botol itu. Selangkah lagi cairan racun itu masuk ke mulutnya. Namun ada suara yang membisikan ke telinganya.

"Marisa sayang, jangan diminum cairan itu cucuku. Itu racun!"

Seketika Marisa sadar "Astaghfirullah, apa ini?". Ia melepaskan botol itu begitu saja sampai isinya tumpah berceceran di kamar.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun