Semula percakapan berjalan wajar-wajar saja hingga tiba pada pertanyaan tinggal dimana. Bu RT agak kaget ketika mendengar jawaban Na.
"Oh jauh juga ya, Bu? Tinggal di Cemara Hills. Etapi dek Wen katanya punya saudara juga disana ya?" Bu RT memberi komentar atas jawaban Na.
Ibu Muda disamping Na terkesiap. "Iya, Bu... ipar saya tinggal disana. Tapi saya belum pernah kesana. "
"Loh, bukannya iparmu sudah beberapa kali kesini dek? Cemara Hills memang jauh tapi ya nggak jauh-jauh juga. Naik angkot juga ada kok, " timpal bu RT.
"Iya, Bu. Saya nggak enak saja kesana. Istri ipar saya kurang welcome sama saya, " sahut ibu muda bernama Wen. Bu RT cuma bilang "Ohh.." sedangkan Na jadi ingat cerita Oma, mertua bu Ayu.
"Saudaranya namanya siapa, mba? Bu Ayu bukan?" Na memberanikan diri bertanya.
"Iya betul, Bu. Mbak Ayu itu ipar saya. Suaminya itu kakak suami saya, " jawabnya. Na memutuskan untuk tidak banyak bertanya. Tak ada gunanya juga.
"Mbak, tadi pagi saya ketemu Oma, mertuanya ya? Bilangnya siang ini mau ke rumah adik suami bu Ayu. Berarti mau kesini ya?" basa-basi Na.
"Iya, betul. Tadi sudah telpon mau kesini. Oh.. ya sudah, Bu saya pamit dulu. Nanti saya kesini lagi kalau sudah datang jenazah dari rumah sakit, " pamit Wen kepada Na dan bu RT.
Selepas kepergian Wen, Na dan bu RT mengobrol hal ringan saja. Tak elok juga di rumah duka malah ngerumpi. Tapi namanya ibu-ibu, selalu saja ada hal seru untuk dibicarakan.
Dari ujung kanan depan, berjalan seorang perempuan paruh baya menuju ke arah Na dan bu RT. Sepertinya ingin duduk di sebelah Na.