Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gara-gara Pencitraan dengan Mertua

25 Juli 2019   07:00 Diperbarui: 25 Juli 2019   07:06 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mertua dan Menantu (diambil dari klikdokter.com)

"Dek, jangan pulang dulu! Sini, kemarin Oma bawa pisang tanduk enak dari kebun Oma di kampung. Tunggu ya?" suara Oma menahan langkah Na untuk berpamitan.

"Aduh, ini bisa disemprot mas Nono kalau jogging lama.. huhuhu..." Na merutuk dalam hati. Semoga setelah ini tidak ada lagi cerita dari Oma, harap Na cemas.

Na memang terlalu ramah dan selalu pekewuh dengan orang yang lebih tua. Terkadang dia senang bisa mendengar curhatan lansia yang kesepian. Asalkan positif dan memotivasi hidup dengan pengalaman-pengalamannya dulu. Kalau Oma, mertua bu Ayu ini sepertinya masih bugar tapi kok awal ceritanya sudah rada menjurus yang tidak positif.

Dengan tergopoh, Oma membawa satu sisir pisang tanduk. "Sebentar saya kasih kantong plastik, " katanya sambil membuka kantong berwarna merah.

"Duh, merepotkan Oma. Pisangnya kebanyakan, " kata Na ketika menerima kantong berwarna merah.

"Tidak kok, kemarin saya bawa banyak. Nanti digoreng atau dikukus sudah enak, "sahut Oma.

Na merasa sungkan. Oma kembali menyambung ceritanya. Katanya siang nanti mau berkunjung di rumah anaknya yang satunya. Sepertinya yang istrinya disanjung-sanjung tadi. Oma terus menyanjung menantu perempuan yang bernama Wen tersebut.

Na hanya manggut-manggut saja mendengar cerita Oma tentang Wen. Katanya Wen ini seorang ibu dan istri yang baik karena ikut membantu menopang ekonomi keluarga. Selain itu Wen pintar dalam mendidik anak, dia juga aktif dalam pelayanan. Meskipun baru pindah ke tempat sekarang, Wen lincah bergaul.

Anak Wen ada 2 orang. Katanya mereka penurut dan mengerti keadaan orang tua. Mereka tidak pernah makan yang mahal-mahal, hura-hura, dan plesir kemana-mana yang menghabiskan uang. Katanya Wen, mamanya, selalu memasak makanan sendiri. Singkat kata Wen dicitrakan Oma sebagai perempuan sederhana dan berhikmat.

Mendengar cerita tentang Wen, Na menjadi galau. "Lah, kalau aku dinilai seperti apa ya? " tanya Na dalam hati. Rasanya jauh dari Wen, perempuan berhikmat, begitu Oma menyebutnya.

"Sudah ya, Nak.. Oma mau bersiap-siap dulu!", pamit Oma kepada Na. Na merasa lega dan ikut pamit pulang. Duh, meskipun 15 menit kalau mendengar cerita seperti itu malas juga ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun