"Dek, jangan pulang dulu! Sini, kemarin Oma bawa pisang tanduk enak dari kebun Oma di kampung. Tunggu ya?" suara Oma menahan langkah Na untuk berpamitan.
"Aduh, ini bisa disemprot mas Nono kalau jogging lama.. huhuhu..." Na merutuk dalam hati. Semoga setelah ini tidak ada lagi cerita dari Oma, harap Na cemas.
Na memang terlalu ramah dan selalu pekewuh dengan orang yang lebih tua. Terkadang dia senang bisa mendengar curhatan lansia yang kesepian. Asalkan positif dan memotivasi hidup dengan pengalaman-pengalamannya dulu. Kalau Oma, mertua bu Ayu ini sepertinya masih bugar tapi kok awal ceritanya sudah rada menjurus yang tidak positif.
Dengan tergopoh, Oma membawa satu sisir pisang tanduk. "Sebentar saya kasih kantong plastik, " katanya sambil membuka kantong berwarna merah.
"Duh, merepotkan Oma. Pisangnya kebanyakan, " kata Na ketika menerima kantong berwarna merah.
"Tidak kok, kemarin saya bawa banyak. Nanti digoreng atau dikukus sudah enak, "sahut Oma.
Na merasa sungkan. Oma kembali menyambung ceritanya. Katanya siang nanti mau berkunjung di rumah anaknya yang satunya. Sepertinya yang istrinya disanjung-sanjung tadi. Oma terus menyanjung menantu perempuan yang bernama Wen tersebut.
Na hanya manggut-manggut saja mendengar cerita Oma tentang Wen. Katanya Wen ini seorang ibu dan istri yang baik karena ikut membantu menopang ekonomi keluarga. Selain itu Wen pintar dalam mendidik anak, dia juga aktif dalam pelayanan. Meskipun baru pindah ke tempat sekarang, Wen lincah bergaul.
Anak Wen ada 2 orang. Katanya mereka penurut dan mengerti keadaan orang tua. Mereka tidak pernah makan yang mahal-mahal, hura-hura, dan plesir kemana-mana yang menghabiskan uang. Katanya Wen, mamanya, selalu memasak makanan sendiri. Singkat kata Wen dicitrakan Oma sebagai perempuan sederhana dan berhikmat.
Mendengar cerita tentang Wen, Na menjadi galau. "Lah, kalau aku dinilai seperti apa ya? " tanya Na dalam hati. Rasanya jauh dari Wen, perempuan berhikmat, begitu Oma menyebutnya.
"Sudah ya, Nak.. Oma mau bersiap-siap dulu!", pamit Oma kepada Na. Na merasa lega dan ikut pamit pulang. Duh, meskipun 15 menit kalau mendengar cerita seperti itu malas juga ya?