Kapel Ungu
Harinya tiba. Keluarga Ardi dan Anton sudah tiba di kapel kecil, tempat pemberkatan nikah. Ketika sampai di depan kapel, tampak Albert sendirian. Raut mukanya jelas terlihat gelisah dan tegang. Untuk Bella dan Anton, tentu saja hari itu adalah pertama bertemu Albert.
"Halo om, tante... terimakasih berkenan datang" ucap Albert sopan dan halus. Tak diragukan lagi, Albert memang calon Romo.
"Halo juga.. gimana sudah siap? Mana calon istrimu?" sahut Anton.
"Masih di salon om. Nanti ada temannya yang antar kesini."
Lima belas menit kemudian, mempelai perempuan datang diiringi  dua teman perempuannya. Masih muda dan terlihat mungil. Bella memperhatikan perutnya yang sudah terlihat membesar. Terbayang dirinya waktu hamil 5 bulan, pasti ngos-ngosan naik tangga hingga lantai 3.
"Ngos-ngosan ya? Udah berasa capeknya ya?" tanya istri Ardi.
"Nggak kok tante, biasa saja. " jawabnya.
Bella makin merasa trenyuh melihat mempelai perempuan yang berusaha tegar. Tak bisa dibohongi dia kecapekan dan habis nafas. "Who am I to judge?" gumam Bella dalam hati.
Misa segera dimulai. Hanya keluarga Ardi, keluarga Anton, dan teman-teman mempelai yang bisa dihitung dengan jari.
Suasana hening dan khidmat. Homili yang disampaikan Romo terasa damai dan menyejukkan hati. Tak ada kata-kata menghakimi. Justru semangat untuk kedua mempelai untuk menapaki kehidupan baru. Juga pesan untuk saling mengasihi sebagai suami-istri.