"Oiyyy, Anton.. apa kabar? Aih lama nggak ketemu", suara terdengar dari seberang gazebo.
"Hahaha... ternyata kamu, bro! Darimana aja baru nongol", sahut Anton.
Bella mencoba mengingat-ingat siapa laki-laki itu. Sepertinya sudah pernah melihat sebelumnya tapi entah dimana. Bella tak mampu mengingatnya. Memorinya berputar dalam upaya menerka-nerka siapa dia. Oh, itu yang dibilang mertuanya masih saudara, batinnya girang setelah memorinya berhasil menyingkap. Ya, pokoknya seperti itulah singkatnya. Ardi namanya. Dia selalu santun dan hormat dengan mertuanya.
Setelah menyalami Ardi, Bella berpindah tempat duduk. Anton dan Ardi kemudian larut dalam obrolan menggunakan bahasa daerah mereka. Bella hanya diam sambil mengawasi Alea dan teman-temannya.
"Ih busyet dah... ngomong pake bahasa Indonesia napa?", rutuk Bella setengah kesal karena pusing mendengar percakapan dengan "bahasa planet". Dia merasa diacuhkan.
Bella, seorang perempuan moody yang ingin terus diperhatikan. Detik yang bergulir semakin mengubah raut muka manisnya menjadi masam. Pikirannya mulai tak waras dan mulai mengarah negatif.
Ah, takdir kah jika perempuan selalu bersungut dan menuntut? "Ah, tak seharusnya aku berpikir negatif sama suamiku" suara malaikat kebaikan mulai bergema di hati Bella.
"Ati-ati loh. Bisa jadi ada ajakan bisnis. Kalau tertipu lagi gimana?" kali ini iblis mulai menggoda.
"Tapi aura Ardi baik kok. Buktinya selama ini santun. Jangan pukul rata dong. Yang nipu cuma satu kan? Yang kemarin itu. Sudahlah..." malaikat kebaikan menimpali si mulut jahat iblis.
"Satu memang. Tapi cara nipunya kejam loh! Masa saudara sendiri ditipu segitunya. Kalau aku nggak terima!" Iblis mulai meninggi memprovokasi hati Bella.
"Sabar... nanti tanya baik-baik sama Anton. Mereka lebih enak pakai bahasa daerahnya. Kalau pakai bahasa Indonesia jadi kaku keleuss...", malaikat kebaikan pantang menyerah membujuk Bella.