Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak, Aku Bosan Disebut Penghuni Kampung Penjahat

24 Juni 2024   19:52 Diperbarui: 25 Juni 2024   12:03 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah duduk beberapa saat, mereka pun menghela napas dalam-dalam dan berusaha bangkit untuk meninggalkan jalanan itu. Beberapa langkah kaki mereka lakukan, tiba-tiba ada kendaraan yang melaju di sisi di belakang mereka. Tiba-tiba berhenti dan menyapa.

"Kenek opo mas? (kena apa mas?)" Tanya si pemilik kendaraan.

"Kami baru jatuh, Pak. Motor kami dibawa kabur begal." Wajah sedih dan bingung nampak dari wajah keduanya.

"Ya Allah, untung sampean tidak apa-apa. Soalnya kemarin ada yang meninggal dunia karena terkena sabetan celurit para penjabat juga.

'Syukur alhamdulillah masih slamet, Pak." Kata Edi.

"Oya, kamu mau enggak ikut kami. Nanti saya antar sampai rumah." Pemilik kendaraan menawarkan diri.

"Serius Pak? Alhamdulillah kalau begitu." Wajah keduanya nampak sedikit senang. Bagaimana tidak senang, ketika mereka hendak pulang, perjalanan itu sejauh berkilo-kilo meter. Kalau tidak ada tumpangan mungkin mereka akan pingsan di jalanan.

Beberapa menit kemudian sampailah mereka di rumah Edo. Disambut oleh orang tuanya. Sedangkan Edi turun di rumahnya yang tak jauh dari rumah Edo.

Semua kisah mereka berdua diceritakannya pada masing-masing orang tuanya. Ada rasa sedih dan penyesalan telah membayangi kedua orang tua mereka. 

Mereka tidak bisa membayangkan seandainya anak-anaknya merasakan kekerasan yang lebih parah dari yang saat ini dirasakan. Orang tua pun hanya memberikan wejangan agar selalu bersabar. 

Seketika dalam kesedihan akibat anaknya kekerasan yang terjadi pada anaknya, ayah Edo tiba-tiba nyeletuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun