"Mbohlah. Nggak tahu. Kok begini amat nasib kita, ya? Setelah kuliah lima tahun dan mendapat predikat cumlaude ternyata tidak membuat golden tiket untuk kita ketika mendaftar kerja. Malah katanya orang-orang dari kampung kita ini tidak bisa lagi nyari kerja. Padahal kita nggak ngerti apa-apa ya?" Jawab Edi.
"Lah, kamu bagaimana? Apa sudah dapat kerja juga?" Tanya balik Edi.
"Kan kita selalu berdua kalau daftar. Dan lamaran kita selalu ditolak, dengan alasan yang sama. Katanya kampung kita sudah mendapatkan larangan kerja. Istilah kerennya di blacklist lah. Padahal kita nggak salah apa-apa. Gara-gara banyak maling dan rampok di tempat kita, kok kita kebawa-bawa ya? Kata Edo yang seketika menyampaikan keluhannya.
"Iya lho, Do. Sudah bertahun-tahun yang lalu, orang-orang dari kampung kita sudah sulit nyari pekerjaan di kota. Nggak tahu kalau di tempat lain. Apakah nasibnya sama ya?" Edi menambahkan.
Setelah itu, mereka kembali meminum kopi yang mulai hangat. Sedangkan tangan mereka kembali memungut tahu goreng tertata di piring yang ada di hadapan mereka.
Suasana masih sangat panas. Tepat pukul satu siang, mereka sengaja berteduh di warung itu untuk mengganjal perut yang mulai lapar sekaligus menikmati gorengan.
Entah mengapa mereka memesan kopi, padahal suasana begitu panas. Mungkin sengaja ingin cepat menghilangkan rasa hausnya dengan yang panas-panas. Sebab kalau memakai air dingin katanya rasa hausnya tidak lekas hilang.
"Tapi memang kampung kita ini bikin malu dan bikin kita jadi korban. Bayangkan saja, kita yang enggak tahu apa-apa justru jadi korban. Belum lagi teman-teman kita yang lain juga sulit dapat pekerjaan. Padahal mereka juga berprestasi kan?" Edo memegang dahinya pertanda bingung.
"Bener Juga Do, kita yang kuliah niatnya biar dapat ijazah untuk mencari pekerjaan yang baik, eh sekarang kena getahnya."
"Ya sudah yang sabar saja. Mungkin ini cobaan."Edi berusaha menenangkan temannya itu.
"Ya sabar sih sabar, kalau kita terus terusan diteror dengan panggilan kurang baik bagaimana kita bisa sabar? Kata Edi lagi.