Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak, Aku Bosan Disebut Penghuni Kampung Penjahat

24 Juni 2024   19:52 Diperbarui: 25 Juni 2024   12:03 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bahkan saya ingat betul di perusahaan Korea, HRD nya bilang kalau kita gak bakalan dapat kerja karena dari kampung ini. Bukannya ini diskriminatif ya? Rasa-rasanya mau menyerah tapi mau menyerah malu dengan keluarga. Apalagi kita bukan tipe yang mau diam di rumah. Kita harus bekerja agar bisa untuk masa depan." Papar Edo.

Itulah percakapan ketika Edi dan Edo tengah dilanda dilema dan kesulitan. Karena pengaruh kampung yang viral karena kejahatannya, Edi dan Edo merasakan pahitnya mendapatkan diskriminasi. Semua imbas dari warga kampungnya yang memang tidak manusiawi. Maunya dapat duit gampang, punya kendaraan yang bagus tapi tidak mau mencari usaha yang halal. Giliran ada yang mau bekerja dengan serius malah dicap sebagai satu gerombolan penjahat.

Hari itu bukanlah hari yang paling menyedihkan bagi keduanya. Ketika mereka hendak menuju ke kota lagi demi mencari pekerjaan, kendaraan mereka dijambret di tengah-tengah perjalanan. Kendaraan yang diperoleh dari hasil menabung dari sisa beasiswa yang mereka dapatkan, justru kandas dan raib digondol begal. 

Mulanya suasana jalanan di desa itu biasa-biasa saja, tapi ketika melalui jalanan yang sepi dan di kanan kiri dipenuhi dengan pohon jati, dua motor berboncengan tiga tiba-tiba mengancam mereka dengan kata-kata ancaman.

Seketika itu para gerombolan penjahat itu menodongkan golok. Ada pula yang membawa celurit. Sepertinya mereka adalah sekelompok pemuda yang memang yang sudah biasa membegal di jalan sepi.

"Hei. Berhenti! Mau berhenti gak? Kalau gak mau berhenti tak tebas kamu! Bentak salah satu pelaku kejahatan dengan pandangan garang.

Karena ketakutan, keduanya tidak menjawab bentakan si perampok itu. Meskipun agak oleng, mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan perasaan takut.

Para perampok itu tak lekas menyerah untuk memaksa Edi dan Edo menyerahkan kendaraannya. Dan seketika itu, keduanya tersungkur setelah motor itu ditendang oleh para pelaku. Ada segaris bekas luka karena sabetan celurit. Edo mengerang kesakitan. Sedangkan Edi, hanya memohon agar dia tidak disakiti dan membiarkan kendaraannya dibawa kabur pelaku.

"Edo, gimana keadaanmu? Kamu kena bacok ya?" Tanya Edi dengan nada yang agak terbata karena rasa takut yang mendera.

Ia pun meringis karena merasakan sakit akibat luka kaki dan tangannya karena terperosok di jalanan setelah motornya tersungkur.

"Ya Allah, kenapa ujianmu begini amat. Kami yang ingin hidup tenang kenapa dibuat susah begini?" Keluh Edo di dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun