Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Nak, Jangan Panggil Aku Ayah!

3 April 2016   16:31 Diperbarui: 25 Oktober 2017   07:23 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba seorang ibu tampak menghampiri. Seorang ibu yang juga nampak kumuh, pakaian kumal dan nampak wajahnya terlihat muram durja. Ia mencari-cari anaknya yang tak juga kembali. Ia bertanya-tanya, siapakah yang telah terbujur lemah di tengah-tengah pemuda itu.

"Rida!"

"Anakku!"

Suara sang ibu memecah keramaian itu. Ia nampak mengenali sosok yang kini terbujur lemah. Wajah-wajah di sana ternampak dalam kepanikan dan ketakutan. Wajah mereka pucat dan mulut mereka seperti terkunci.

"Apa yang terjadi dengan anakku? 

Ia menangis menangis sejadi-jadinya setelah ia sadar bahwa sosok terbujur lemah dengan deraian darah dari mulutnya itu adalah anaknya. 

"Bapak. Apa yang terjadi dengan anakku?"

Sang ibu bertanya pada pemilik pohon yang ternyata adalah mantan suaminya yang kini sudah beristri lagi. Mereka sudah berpisah tepat ketika Rida masih duduk di Taman kanak-kanak. 

"Ini siapa?" Pemilik pohon nampak bertanya-tanya.

"Ini anakku, anak Bapak juga. Apa yang terjadi?"

"Anakku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun